
Struktur dan Fungsi Sel Saraf Penyusun Jaringan Sistem Koordinasi dan Spikotropika
Indra dan Reaksi

Bagaimana makhluk hidup dapat peka terhadap lingkungannya?
Struktur dan Fungsi Sel Saraf Penyusun Jaringan Sistem Koordinasi – Untuk bertahan hidup, makhluk hidup harus mampu memperoleh makanan, menghindari bahaya, dan juga berkembang biak. Kemampuan menyadari lingkungan sekitar kita merupakan bagian penting dalam melakukan ketiga hal ini. Manusia memperoleh informasi seputar lingkungannya dengan menggunakan berbagai indra yang melibatkan sel khusus yang disebut reseptor. Contohnya, telinga kita memiliki sel untuk mendeteksi getaran suara, dan mata kita memiliki sel yang mampu mendeteksi cahaya.
Kita juga memiliki kemopersepsi, yaitu kemampuan mendeteksi zat kimia tertentu, lewat berbagai reseptor yang terlibat dengan indra penciuman dan pengecap kita. Indra peraba kita melibatkan beragam reseptor yang berbeda, kebanyakan pada kulit, yang bisa mendeteksi panas, dingin, tekanan, dan rasa sakit.
“Indra keenam” yang sering kita anggap remeh disebut propriosepsi, yaitu kemampuan untuk membedakan bahwa masing-masing bagian tubuh kita saling terkait satu dengan lainnya dan juga terkait dengan bumi. Tanpa indra ini, mustahil seorang pesenam bisa melakukan gerakan akrobat rutin dan bahkan akan sulit untuk seorang siswa mengambil sebuah pensil! Kumpulan reseptor yang mengumpulkan “masukan” mengenai lingkungan dan saraf yang membawa sinyal dari reseptor ke sumsum tulang punggung disebut sistem saraf aferen.
Dapatkah makhluk hidup merespons lingkungannya tanpa menggunakan otak?
Hampir di setiap situasi, impuls saraf akan bergerak ke sistem saraf aferen, ke atas sumsum tulang punggung, kemudian ke otak, tempat pemrosesan informasi yang dibawa impuls saraf tadi. Bila ada yang respons diperlukan, impuls akan kembali dikirimkan ke bawah sumsum tulang punggung dan melewati sistem saraf eferen untuk menghasilkan respons tersebut. Dengan kata lain, sistem saraf eferen merupakan sekumpulan saraf yang membawa sinyal saraf dari sumsum tulang punggung ke otot, dan kemudian memberikan “hasil” dari sistem saraf berupa gerakan.
Akan tetapi, pada situasi tertentu tidak diperlukan adanya keterlibatan penuh dari otak ataupun sumsum tulang punggung. Contohnya, kita tidak bisa sepenuhnya mengontrol diri kita saat bersin karena tidak sengaja menghirup debu, dan nyaris mustahil bagi kita untuk menghindari rasa kaget saat dokter mengetuk tepat di bagian bawah tempurung lutut kita dengan palu kecil. Kadang-kadang kita bahkan menarik tangan kita dari benda tajam sebelum merasakan sakit akibat luka yang bisa timbul kalau tidak sengaja terkena benda tersebut.
Respons refleksif semacam itu memerlukan jalan pintas agar bisa lebih cepat merespons rangsangan eksternal tertentu. Jalan pintas ini disebut busur refleks. Untuk menghasilkan sebuah tindakan refleks, impuls saraf bergerak dari titik rangsangan, melewati sistem saraf aferen, ke sumsum tulang punggung, kemudian segera kembali ke sistem saraf eferen. Contohnya, pada gambar di bawah, bayangkan orang tersebut baru saja menyentuh kompor panas.
Jejak berwarna merah menandai pergerakan impuls saraf dari tangan ke sumsum tulang punggung. Di sumsum tulang punggung, sinyal tersebut dikirim kembali ke bagian sistem saraf eferen, yang ditandai dengan jejak berwarna hitam, yang akan menggerakkan tangan supaya menjauhi sumber panas tersebut. Jejak berwarna merah dan hitam, berikut titik pada tulang punggung tempat keduanya bertemu, adalah merupakan busur refleks. Respons tadi tidak melibatkan otak, yang berarti bahwa tindakan refleks bisa saja terjadi lebih cepat dan bisa terjadi tanpa rasa sadar atau kontrol yang cepat.
Cara Kerja Hormon
Lebih dari Sekadar Sistem Saraf
Meski sistem saraf begitu penting bagi makhluk hidup untuk merespons lingkungannya, terutama saat respons cepat sangat dibutuhkan guna bertahan hidup, beberapa respons bisa dipicu lebih lambat dan harus dipertahankan dari waktu ke waktu. Sistem endokrin, yang terdiri dari sejumlah kelenjar yang mengeluarkan molekul terkait yang disebut hormon, berfungsi untuk mengatur respons yang mungkin berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa minggu.
Secara bersamaan, sistem saraf dan endokrin membantu makhluk hidup merespons status fisiologisnya juga lingkungannya secara adaptif. Hormon penting untuk mempertahankan homeostasis, status fisiologis yang relatif stabil, karena sifat melepasnya yang terus menerus dan pengaruhnya terhadap tubuh.
Apa Fungsi Kelenjar Endokrin Utama?
Kelenjar endokrin umumnya ditemukan di pusat tubuh dan kepala. Kelenjar pineal terdapat jauh di dalam otak dan melepaskan melatonin, a hormon yang membantu mengatur jam mekanisme tubuh dan memulai siklus tidur.
Tiroid adalah kelenjar berbentuk kupu-kupu yang ditemukan di bagian depan leher; hormon tiroid T3 dan T4 mengatur laju istirahat metabolik tubuh. Pankreas adalah kelenjar yang terletak di dekat perut yang melepaskan insulin ke dalam sistem cerna guna membantu mengatur glukosa darah. Secara khusus, penyakit diabetes terjadi bila seseorang kehilangan sensitifitas terhadap atau tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup untuk mengatur kadar gula darah secara benar.
Berikutnya, kelenjar adrenal terletak tepat di atas ginjal. Selain menghasilkan androgen, seperti testosteron, dan glukokortikoid, seperti hormon stres kortisol,pada korteks atau bagian luar kelenjar, medula adrenal atau bagian tengah turut terlibat dalam produksi epinefrin, yang bisa menstimulasi peningkatan denyut jantung dan mengembangkan pembuluh darah untuk menghasilkan respons “melawan atau lari” yang efektif.
Terakhir, gonad menghasilkan hormon seks yang membantu memelihara proses reproduksi dan menghasilkan karakteristik seks sekunder. Pada ovarium wanita, hormon seks yang utama adalah estrogen dan progesteron. Pada testis pria, testosterone dan androgen lain merupakan hormon utama, meskipun sedikit estrogen juga dihasilkan.
Apakah Sistem Saraf dan Sistem Endokrin Saling Berinteraksi?
Seringkali, sistem saraf dan endokrin saling berpengaruh secara tidak langsung. Contohnya, insulin menstimulasi penyerapan glukosa dari darah lewat sel otot, yang kemudian membuat kerja sistem saraf eferen menjadi lebih baik. Namun, ada satu pengecualian dalam hal ini, yaitu aksi kelenjar pituitari. Kelenjar ini sering disebut “kelenjar utama” karena selain memproduksi hormon pertumbuhan, yang membantu menentukan tinggi badan saat masa perkembangan makhluk hidup, kelenjar ini juga memproduksi hormon yang bisa mempengaruhi fungsi kelenjar endokrin lainnya.
Kelenjar pituitari menghasilkan hormon perangsang tiroid (TSH) untuk mengendalikan kadar T3 dan T4 yang dihasilkan oleh tiroid, hormon adenokortikotropik (ACTH) untuk mengendalikan produksi glukokorticoid yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Hormon perangsang folikel
(FSH) merangsang kematangan sel gamet pada sistem reproduksi, sementara hormon lutein (LH) merangsang ovulasi pada wanita dan sintesis testosteron pada pria.
Sama pentingnya dengan kelenjar endokrin, kelenjar pituitari diatur oleh hipotalamus otak, yang bisa menerima impuls saraf dari bagian otak lainnya sambil mengeluarkan hormon untuk mengatur fungsi pituitari. Dengan cara ini, keseluruhan sistem endokrin diatur sebagian lewat informasi mengenai tubuh dan lingkungannya.
Jalur Impuls
Jalur impuls merupakan jalur tertata baik yang memungkinkan semua impuls bergerak ke lokasi yang diinginkan. Impuls juga dikenal sebagai rangsangan dan rangsangan ini mencapai otak, kemudian otak mengirimkan reaksi yang diinginkan atau respons. Berikut ini adalah jalur ringkas yang dilalui impuls:
RANGSANGAN –> INDRA –> RESEPTOR SENSORIK –> SISTEM SARAF PUSAT –> INTERNEURON –> NEURON MOTORIK –> OTOT/ORGAN –> RESPONS
- Rangsangan adalah tindakan yang bisa dideteksi oleh manusia seperti, sentuhan, rasa dingin dan lain-lain. Rangsangan menjangkau reseptor sensorik.
Reseptor sensorik: Ini merupakan titik-titik pada tubuh yang dilalui rangsangan terdeteksi. Contohnya, kita mendeteksi aroma tertentu, enak ataupun tidak lewat hidung.
Neuron sensorik: ketika rangsangan beraksi pada reseptor sensorik, rangsangan ini dikirimkan ke Sistem Saraf Pusat dengan bantuan neuron sensorik. Sistem Saraf Pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang punggung.
Interneuron Sistem Saraf Pusat (SSP): Pada SSP, informasi yang diterima dikirimkan lewat interneuron.
Informasi ini akhirnya mencapai otak lewat neuron motorik.
Otot/ Efektor (bagian tubuh mana saja yang dituju rangsangan): Kemudian rangsangan dirasakan oleh otot, yang akhirnya, menjadi respons. - Kadang-kadang informasi yang disampaikan tidak diproses oleh otak. Kadang-kadang rangsangan tertentu diproses oleh neuron motorik dan dikirimkan ke efektor untuk menghasilkan respons. Hal ini disebut ‘respons refleks’. Di sini refleks atau rangsangan tidak menjangkau otak, namun respons yang dihasilkan lebih cepat. Saat menyentuh permukaan yang panas respons cepat yang kita lakukan adalah memindahkan tangan kita. Ini merupakan contoh aksi refleks.
- Respons adalah aksi yang terjadi karena adanya rangsangan. Contohnya, bila kita mengecap sesuatu yang pedas, kita langsung bergegas minum air. Proses sederhana ini bisa terlihat lewat jalur impuls dan pada tahapan yang dilalui rangsangan. Sekali lagi respons merupakan prosedur yang kompleks, yang melibatkan aksi neuron dan neurotransmiter, umumnya Asetilkolina.
Peran Neuron dalam Mengirimkan Impuls Elektrokimia
Saraf membawa impuls dari Sistem Saraf Pusat ke seluruh bagian tubuh, sehingga otot berkontraksi, atau kelenjar menghasilkan enzim atau hormon. Kelenjar dan otot disebut efektor, karena keduanya menerima impuls saraf atau hormon.
Saraf juga membawa impuls sensorik kembali ke Sistem Saraf Pusat dari reseptor pada organ indra. Saraf yang menggerakkan efektor disebut impuls motorik. Saraf yang menghubungkan tubuh ke Sistem Saraf Utama menghasilkan sistem saraf periferal.
Impuls bukanlah arus listrik. Impuls merupakan pembalikan sementara pada perbedaan potensi listrik, (muatan) pada membran serat. Posisi muatan ion positif antara bagian dalam dan luar membran berbalik.
Proses pembalikan ini bergerak pada kecepatan sekitar 100m/detik. Membran neuron aktif menghasilkan dan mempertahankan perbedaan potensi listrik antara bagian dalam dan luar. Pengangkutan aktif ion potasium (K+) bergerak menyeberang ke dalam sel dan ion Sodium (Na+) bergerak ke luar sel menyeberangi membran sel, menciptakan potensi rehat.
Ion kemudian diangkut oleh pompa Na+/ K+ yang menggunakan energi dari pernapasan. Hasilnya, ion K+ berakumulasi di dalamsel dan ion Na+ berakumulasi di luar sel. Dari dalam, hal ini tidak mengubah potensi perbedaan di seberang membran.
Membran sel lebih permeabel terhadap ion K+ yang mengalir ke luar sel, daripada ion Na+ yang mengalir masuk ke dalam sel. Hal ini membuat cairan jaringan mengandung lebih banyak Na+ daripada sitoplasma. Ini ditenagai oleh energi dari pernapasan, dengan menggunakan ATP sebagai pembawa energi.
Hasilnya adalah untuk setiap dua ion K+ yang ditambahkan ke sitoplasma, tiga Na+ bergerak masuk ke cairan jaringan. Neuron kemudian jadi lebih bermuatan negatif dibandingkan dengan cairan jaringan yang mengelilinginya.Neuron dipolarisasi, perbedaan pada muatannya sebesar -70mV.
Potensi aksi atau impuls dipicu oleh rangsangan yang tiba pada sel reseptor atau ujung saraf. Energi rangsangan membawa pembalikan sementara dan lokal dari potensi rehat. Hasilnya adalah membran untuk sementara didepolarisasi.Perubahan potensi terjadi lewat pori-pori (saluran ion) pada membran. Hal ini memungkinkan ion K+ dan Na+ melewati membran.
Pada makhluk mamalia, beberapa serat akson diselubungi oleh selaput pelindung mielin. Hal ini memungkinkan potensi aksi dan rehat terlaksana di sekitar neuron.
Satu saluran bersifat permeabel terhadap Na+ sementara yang lainnya permeabel terhadap K+. Saluran-saluran ini memiliki protein membulat khusus yang menyelubungi seluruh membran. Selama potensi rehat saluran-saluran ini menutup. Rangsangan membuka protein pembawa untuk ion Na+ pertama pada membran plasma. Ini memungkinkan ion Na+
membaur di gradien elektrokimia. Saat ini terjadi, sitoplasma jadi bermuatan lebih positif dibandingkan dengan cairan jaringan.
Pembalikan muatan berlanjut hingga perbedaan potensi berubah dari -70mV menjadi +40mV. Hal ini menghasilkan potensi aksi pada serat saraf. Potensi aksi ini bergerak di sepanjang serat menuju ke Sistem Saraf Pusat. Ini hanya terjadi selama 2 milidetik. Begitu potensi aksi berlalu, neuron mulai mengadakan kembali potensi rehat.
Dengan kata lain, saat potensi aksi berlalu, saluran untuk ion Na+ menutup dan saluran untuk ion K+ membuka. Jadi ion K+ keluar dari sel menuju cairan jaringan ke gradien elektrokimia. Bagian dalam neuron kemudian mulai menjadi lebih bermuatan negatif. Saluran ion K+ kemudian menutup. Perbedaan potensi rehat sebesar -70 mv dikembalikan oleh aksi pompa Na/K.
Sinapsis ini secara efektif bertindak sebagai jembatan antara dua neuron. Neuron prasinapsis membawa impuls di sepanjang akson, yang melakukan kontak dengan dendrit dari neuron lainnya, yaitu neuron paskasinapsis. Neuron-neuron tidak saling bersentuhan; ada sedikit jarak yang disebut celah sinapsis selebar 20nm. Adanya jarak ini berarti aksi potensi tidak bisa langsung melompat ke neuron berikutnya.
Jalur Impuls Saraf
Sistem saraf pusat dan saraf periferi terbuat dari neuron. Neuron motorik membawa impuls dari sistem pusat ke sistem periferi, yang umumnya terbuat dari otot dan kelenjar. Neuron sensorik membawa impuls dari organ indra ke sistem saraf pusat.
Neuron multipolar membuat hubungan dengan neuron lainnya di dalam sistem saraf pusat.
Perhatikan respons yang muncul bila kalian menyentuh permukaan panas atau bila tendon di bawah tempurung lutut diketuk.
Setiap neuron memiliki sel tubuh, yang terdiri dari nukleus dan sitoplasma dan serat-serat penghubung. Neuron motorik memiliki serat yang disebut dendrit yang berhubungan dengan neuron lainnya. Satu filamen panjang sitoplasma dikelilingi oleh selaput insulasi di sepanjang tubuh sel neuron. Ini disebut serabut saraf atau akson. Juga disebut substansi putih.
Di sistem saraf pusat kebanyakan tubuh sel ditemukan di sumsum tulang punggung dan otak. Ini disebut substansi abu-abu. Beberapa melewati substansi abut-abu menuju ke saraf tulang punggung, sementara yang lainnya bergerak di sepanjang sumsum tulang punggung menghubungkan serat saraf tulang punggung ke otak. Semuanya diselubungi mielin dan terlihat putih.
Kebanyakan saraf berisikan campuran neuron sensorik dan motorik. Impuls akan bergerak ke sistem saraf pusat bila impuls tersebut berupa neuron motorik dan dari organ sensorik ke sistem saraf pusat. Ciri khas unik sel sensorik dan organ indra adalah kemampuannya untuk mengubah satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya. Struktur yang memampukan hal ini adalah transduser. Artinya, semua masukan sensorik yang berbeda diubah menjadi getaran energi listrik di saraf.
Serat-serat ini sendiri diselubungi. Seringkali impuls harus bergerak dari satu neuron ke neuron lainnya. Impuls dari ujung jari bergerak melewati 3 neuron yang berbeda sebelum mencapai otak sehingga kita bisa dengan sadar merasakan sensasi panas, dingin, kasar, ataupun mulus.
Pada sinapsis saraf, impuls dibawa oleh zat kimia tertentu yang disebut pemancar/transmiter.Sampainya sebuah potensi aksi pada tombol sinapsis membuka jalur ion Ca2+ di membran prasinapsis dan ion Ca2+ masuk dari celah sinapsis. Hal ini menghasilkan vesikula dari substansi pemancar yang menyatu dengan membran prasinapsis. Saat ini terjadi vesikula melepaskan pemancar ke celah sinapsis.
Pada membran paskasinapsis terdapat tapak reseptor berisikan protein reseptor untuk setiap jenis pemancar. Masing-masing tapak reseptor ini juga bertindak sebagai jalur pada membran untuk ion tertentu, contohnya Cl– atau Na+. Saat molekul pemancar terikat pada protein reseptor tertentu, jalur ion segera membuka, sehingga ion bisa melaluinya.
Asetilkolina merupakan contoh neurotransmiter. Saat terikat dengan tapak reseptornya, jalur ion Na+ membuka dan ion mengalir ke sitoplasma dari neuron paskasinapsis. Hal ini mendepolarisasi membran paskasinapsis, yang menyebabkan potensi aksi dicapai pada neuron paskasinapsis. Proses ini disebut fasilitasi/pelajuan.
Substansi pemancar pada reseptor dilemahkan oleh enzim. Untuk asetilkolina enzim ini disebut asetilkolinesterase. Hal ini menyebabkan jalur ion menutup kembali. Potensi rehat pada membran paskasinapsis kemudian dibentuk kembali. Bentuk lemah dari pemancar menyatu kembali melalui celah sinapsis dan disintesis ulang ke bentuk aktifnya untuk penggunaan kembali. Agen saraf mengganggu proses ini.
Busur refleks adalah respons tidak terduga (otonom) terhadap rangsangan atau memiliki fungsi perlindungan. Kebanyakan impuls yang terhubung dengan homeostasis merupakan aksi tidak terduga. Peranan sumsum tulang punggung adalah untuk terus menerus memancarkan potensi aksi antara organ sensorik dan efektor pada tubuh dalam aksi refleks.
Aksi terdugaberawal di otak, kalian yang memutuskan akan melaksanakan aksi tersebut atau tidak. Otak mengirimkan impuls motorik ke sumsum tulang punggung pada serat saraf. Hal ini menghasilkan sinapsis dengan serat saraf motorik yang kemudian mengirimkan impuls ke saraf yang berhubungan dengan otot terkait. Aksi antagonistik otak pada lengan, kaki dan tubuh bersama-sama menghasilkan aksi ini.
Hormon sebagai Kurir-Kurir Kimiawi
Hormon merupakan kurir kimiawi yang dihasilkan di salah satu bagian tubuh namun bekerja di bagian tubuh lainnya. Struktur produksi hormon utama pada manusia adalah sistem endokrin, yang terdiri dari delapan kelenjar endokrin utama seperti kelenjar pituitari, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid dan pankreas. Di samping kelenjar-kelenjar endokrin utama, organ lainnya berfungsi menyekresi hormon. Di antaranya termasuk sistem cerna, hati, timus, dan jantung. Saat diproduksi oleh kelenjar-kelenjar tadi, hormon bergerak melewati aliran darah ke sel atau organ tujuannya.
Hormon diperlukan dalam jumlah kecil dan kelebihan hormon bisa memberi dampak negatif terhadap tubuh. Inilah alasannya mengapa produksi hormon dikendalikan oleh mekanisme umpan balik. Kelenjar yang memproduksi hormon sensitif terhadap konsentrasi zat yang diaturnya. Bila zat tadi terlalu banyak ataupun sedikit dideteksi di dalam tubuh, akan ada sinyal yang dikirimkan ke kelenjar agar menghentikan atau melanjutkan produksi hormon yang mengaturnya. Sistem mekanisme umpan balik ini memungkinkan tubuh mempertahankan kondisi homeostasis atau, kondisi stabil.
Untuk lebih memahami mekanisme umpan balik dan bagaimana hormon bekerja sebagai kurir kimiawi, lihatlah bagaimana fungsi hormon-hormon ini pada pencernaan. Ada empat hormon utama yang dihasilkan oleh sistem cerna untuk memroses makanan: gastrin disekresi oleh perut, dan sekretin, kolesistokinin (CCK) dan gastric inhibitory peptide (GIP) disekresi oleh usus dua belas jari.
Ketika makanan masuk ke perut, reseptor yang ada mengirimkan sinyal ke otak (medula oblongata). Otak kemudian mengirimkan sinyal ke sel endokrin (sel G) yang melapisi perut. Sel-sel tersebut kemudian melepaskan gastrin ke aliran darah. Gastrin bergerak kembali ke perut, tempat zat ini merangsang sel-sel perut (sel parietal) untuk melepaskan asam klorida (HCl) dan enzim cerna yang memecah-mecah makanan, terutama protein.
Gastrin diatur oleh mekanisme umpan balik negatif yang mencegah kondisi perut menjadi terlalu asam. Ketika pH di perut menjadi terlalu rendah, sekresi somatostatin dari sel endokrin yang melapisi perut diaktifkan. Somatostatin menghalangi pelepasan asam dengan langsung mencegah sekresi asam lambung oleh sel-sel parietal dan sekresi gastrin oleh sel-sel G. Saat ada tambahan makanan yang masuk ke perut, pH kembali meningkat. pH yang tinggi tersebut mengirimkan sinyal ke sel endokrin untuk menghentikan sekresi somatostatin.
Makanan yang telah dicerna sebagian disebut kimus, yang memiliki pH rendah. Kimus didorong oleh perut ke dalam usus dua belas jari (bagian pertama usus kecil) yang keasamannya merangsang sel duodenal untuk menghasilkan sekretin. Sekretin merangsang hati agar menghasilkan empedu, juga pankreas agar menghasilkan sodium bikarbonat. Empedu membantu mencerna lemak dan sodium bikarbonat menetralisir keasaman kimus.
Sekretin juga merangsang sekresi enzim pepsin, yang mencerna protein. Adanya makanan di usus dua belas jari juga merangsang sel duodenal untuk melepaskan CCK. Hormon ini menginduksi kantung empedu agar menghasilkan empedu dan pankreas agar menyekresi getah pankreas yang kaya akan enzim-enzim cerna (untuk karbohidrat dan protein). CCK juga berfungsi untuk menekan rasa lapar. Hormon lain yang juga dirangsang akibat adanya makanan di usus dua belas jari adalah GIP, yang juga disekresi oleh sel duodenal. Hormon ini dipercaya akan menginduksi pelepasan insulin akibat konsentrasi glukosa yang tinggi pada usus dua belas jari. Somatostatin juga bekerja dengan mekanisme umpan balik negatif di usus dua belas jari dengan menghambat sekresi sekretin, CCK, GIP, dan insulin.
Dari usus dua belas jari, makanan yang dicerna bergerak ke bagian usus kecil yang lebih rendah, di mana enzim menyelesaikan proses cerna karbohidrat dan protein. Makanan yang tidak dicerna dan materi sisa lainnya kemudian bergerak ke usus besar tempat reabsorpsi air, sodium dan ion-ion lainnya. Zat sisa tersebut kemudian dikirimkan ke rektum lalu ke anus, tempat pengeluarannya.

Figure 1. Diagram enzim-enzim cerna dan cara kerjanya.
Kulit
Bagian Kulit
- Epidermis
Epidermis terbuat dari epitelium sisik berlapis yang mengandung keratin. Sebagian besar sel epidermal merupakan keratinosit yang menghasilkan protein pelindung bernama keratin. Melanosit menyintesis pigmen melanin yang berperan memberikan warna kulit dan rambut yang berbeda. Warna kulit ditentukan oleh tiga pigmen: melanin, hemoglobin, dan karoten. - Dermis
Dermis tersusun dari jaringan ikat yang kuat dan fleksibel, yang terbuat dari lapisan papiler kolagen yang tipis dan superfisial serta serat elastin; dan lapisan retikular yang terbuat dari jaringan ikat yang padat dan tak beraturan. Fungsinya adalah untuk membantali tubuh dari tekanan dan tegangan, memberikan elastisitas pada kulit dan kemampuan merasakan sentuhan dan panas. Pada dermis terdapat akar rambut, kelenjar minyak/sebaseus, kelenjar keringat, reseptor, kuku, dan pembuluh darah. - Hipodermis
Hipodermis adalah jaringan subkutan di bawah kulit yang kebanyakan terdiri dari jaringan lemak/adipos yang berfungsi sebagai penyerap dan penyekat kejutan.
Organ-Organ Kulit
- Kelenjar Keringat
Kelenjar keringat menghasilkan keringat yang membantu mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan panas saat menguap. Kelenjar ini banyak terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, dan dahi. - Kelenjar Minyak
Kelenjar minyak terdapat di seluruh tubuh kecuali pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini mengeluarkan sebum, zat berminyak hasil sekresi. Kelenjar minyak mengeluarkan sebum ke dalam folikel rambut atau ke pori-pori di permukaan kulit. Sekresi ini distimulasi oleh hormon. - Rambut dan Folikel Rambut
Rambut merupakan helaian yang dihasilkan oleh folikel rambut yang terdiri dari sel berkeratin yang mati. Bagian utama rambut adalah batang dan akar. Batang rambut adalah bagian yang terlihat menjulur keluar dari kulit kepala. Pigmen rambut yang disebut melanin terbuat dari melanosit pada pangkal folikel rambut. - Kuku
Kuku merupakan modifikasi diperkecil dari epidermis yang membentuk selubung pelindung bening pada ujung sensitif jari tangan dan kaki. Kuku terbuat dari keratin keras dan memiliki ujung bebas, tubuh, dan akar proksimal. Kulit di bawah kuku disebut matriks. Bagian kuku yang lebih besar, disebut lempeng kuku, berwarna merah muda karena adanya jaringan pembuluh darah kecil pada dermis yang ada di bagian bawahnya. Bagian putih berbentuk bulan sabit di dasar kuku disebut lunula.
Fungsi Sistem Integumen
- Proteksi
Kulit bertindak sebagai pembatas kimia. Sekresi kulit melindung kulit dari mikroorganisme berbahaya sedangkan melanin melindungi kulit dari sinar UV yang berbahaya. Pembatas fisik terdapat pada bagian kulit lainnya, juga kerasnya sel berkeratin yang seolah-olah membuat kulit menjadi kedap air. - Mengatur Suhu
Kulit memegang peran penting dalam mengatur suhu tubuh dengan menggunakan kelenjar keringat untuk mendinginkan tubuh, dan penyempitan dermal kapiler untuk mencegah hilangnya panas. - Sensasi
Sensasi atau kemampuan merasa dimungkinkan oleh adanya reseptor sensorik kutan yang merupakan bagian dari sistem saraf pada lapisan dermal kulit. Rasa sakit, gatal, hewan merayap pada kulit bisa dirasakan. - Sintesis
Kulit memiliki fungsi metabolis yaitu menghasilkan Vitamin D saat terpapar cahaya matahari. - Ekskresi
Sejumlah kecil sisa zat nitrogenik diekskresi lewat kulit.
Jenis luka bakar
Ada tiga jenis atau tingkatan luka bakar:
- Luka bakar tingkat pertama tergolong ringan dibandingkan dengan yang lainnya. Tingkat ini menyebabkan rasa sakit dan kemerahan pada kulit yang terbakar. Ini merupakan jenis yang tidak begitu serius dan hanya melibatkan lapisan epidermis saja.
- Luka bakar tingkat dua sangat mempengaruhi epidermis karena pada tahap ini epidermis musnah dan hangus. Tingkat ini juga mempengaruhi dermis. Luka ini menimbulkan rasa sakit, kemerahan, bengkak, dan lepuh.
- Luka bakar tingkat tiga lebih parah dan memusnahkan dermis juga mempengaruhi organ lainnya, tulang, dan jaringan yang lebih dalam. Luka ini membuat kulit memutih atau menghitam, hangus hingga mungkin menjadi mati rasa. Tingkat ini tergolong serius dan membutuhkan bantuan medis yang cepat.