Pengertian Protozoa – Jenis dan Pengelompokan

By | December 31, 2020
Pengertian Protozoa - Jenis dan Pengelompokan
Pengertian Protozoa – Jenis dan Pengelompokan

Pengertian Protozoa – Jenis dan Pengelompokan

Pengertian Protozoa – Jenis dan Pengelompokan – Pada topik sebelumnya, kalian telah mengenal tentang Protista mirip jamur dan Protista mirip tumbuhan. Pada topik kali ini, kalian akan belajar tentang Protista mirip hewan. Apa yang membedakan Protista mirip hewan dengan Protista lainnya? Bagaimana ciri khasnya? Bagaimana Protista mirip hewan itu hidup? Mari simak cerita berikut.

Pernahkah kalian naik kuda? Apa yang terjadi jika kudanya berjalan dengan lambat? Tentu kalian akan memukulnya dengan cambuk agar kuda bisa berjalan lebih cepat. Akan tetapi, tahukah kalian bahwa ada Protista yang pada selnya menempel sebuah cambuk? Apakah fungsi cambuk pada Protista sama dengan fungsi cambuk yang kalian gunakan itu? Mari temukan jawabannya dari penjelasan berikut.

Protista mirip hewan sering disebut protozoa. Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu protos yang artinya “pertama” dan zoon yang artinya “hewan”. Jadi, protozoa artinya hewan pertama. Protozoa disebut hewan pertama karena merupakan mikroorganisme paling sederhana yang menunjukkan sifat, yaitu tidak memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif.

Protozoa memiliki bentuk dan ukuran tubuh bervariasi. Ukuran tubuhnya kurang dari 10 mikron, meskipun ada juga yang mencapai 6 mm. Oleh karena itu, protozoa umumnya mikrokopis. Protozoa dapat ditemukan secara luas karena dapat hidup di air, tanah, atau udara bahkan pada makhluk hidup lainnya.

Cara hidup protozoa ada yang soliter, ada pula yang berkoloni. Protozoa merupakan organisme heterotrof. Dalam memperoleh makan, protista mirip hewan ini ada yang parasit, saprofit, dan hidup bebas (memakan zat organik di sekitarnya). Bakteri, protista lain, dan materi-materi organik yang telah mati dan hancur (detritus) sebagai bahan makanannya.

Protozoa merupakan organisme uniseluler. Seluruh kegiatan hidupnya dilakukan oleh satu sel itu sendiri. Protozoa telah mempunyai organel-organel sel seperti membran plasma, mitokondria, sitoplasma, dan inti sel. Protozoa umumnya memiliki alat gerak sehingga dapat bergerak aktif.

Alat Gerak protozoa

Alat gerak protozoa dapat berupa:

  1. pseudopodia, merupakan juluran sitoplasma;
  2. flagel, merupakan bulu cambuk. Flagel berukuran besar dan jumlahnya sedikit; serta
  3. silia, merupakan bulu getar. Silia berukuran kecil, jumlahnya banyak, dan tersebar.

Perkembangbiakan protozoa dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan dengan cara pembelahan diri. Protozoa melakukan pembelahan setiap 15 menit. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya menjadi dua yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma benar-benar terpisah, terbentuknya dua sel baru yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.

Protozoa memiliki kemampuan untuk membentuk kista. Kista terbentuk ketika protozoa menghadapi keadan kurang baik, misalnya udara terlalu dingin, panas, atau kurang makan. Di dalam kista, protozoa dapat membelah menjadi protozoa-ptotozoa baru yang lebih kecil. Bila keadaan lingkungan telah baik kembali, maka dinding kista akan pecah dan protozoa-ptotozoa baru tadi dapat keluar. Selanjutnya protozoa ini akan tumbuh. Setelah sampai pada ukuran tertentu, dia akan membelah diri seperti semula. Perkembangan seksual pada protozoa dilakukan dengan konjugasi, artinya terjadi transfer materi genetik antara satu individu dengan individu lainnya.

Pengelompokan Protozoa

Berdasarkan jenis dan keberadaan alat geraknya, protozoa dibedakan menjadi:

  1. rhizopoda, bergerak menggunakan pseudopodia (kaki semu). Contohnya Amoeba;
  2. ciliata, bergerak menggunakan cilia (rambut getar). Contohnya Paramecium;
  3. flagellata, bergerak menggunakan flagel (bulu cambuk). Contohnya Euglena; dan
  4. sporozoa, tidak memiliki alat gerak tetapi dapat menghasilkan spora. Contohnya Plasmodium sp.

Penjelasan selengkapnya mengenai jenis-jenis protozoa akan dibahas pada topik selanjutnya.

Ciliata

ada topik sebelumnya, kalian telah mengenal protozoa yang bergerak dengan bulu cambuk atau flagellata. Kali ini, kalian akan belajar tentang protozoa yang bergerak menggunakan rambut getar atau yang disebut iliata. Apa yang membedakan ciliata dengan protozoa lainnya? Dapatkah kalian menemukannya di lingkungan sekitar? Mari simak cerita berikut.

Tahukah kalian, ciliata merupakan kelompok protozoa yang spesiesnya memiliki berbagai macam bentuk sel yang unik? Ada yang menyerupai lonceng, terompet, bahkan sandal jepit. Ciliata juga dapat dengan mudah kalian temukan dengan merendam rerumputan kering atau jerami. Dalam waktu beberapa hari dapat kalian temukan ciliata tersebut, ajaib bukan? Bagaimana hal itu bisa terjadi? Mari simak penjelasannya.

Ciliata merupakan protozoa yang memiliki alat gerak berupa rambut getar atau yang sering disebut cilia. Cilia tersebut merata di seluruh permukaan tubuh atau di bagian-bagian tertentu dari tubuhnya. Cilia digunakan untuk bergerak di perairan. Pergerakannya dengan cara menggetarkan seluruh silianya sehingga dapat pindah tempat.

Ciliata terdiri atas satu sel (uniseluler) yang dapat ditemukan memiliki bentuk unik menyerupai lonceng, terompet, bahkan sandal jepit. Meskipun uniseluler, ciliata memiliki struktur sel yang lengkap dan khas.

Struktur Sel Ciliata

  1. Silia, yaitu alat untuk membantu pergerakan dan menangkap makanan.
  2. Celah mulut (oral groove), yaitu jalan masuknya makanan ke dalam sel.
  3. Sitostoma (mulut sel), yaitu bagian sitoplasma sel yang berperan sebagai saluran masuknya makanan ke dalam sel atau tempat penyimpanan sementara makanan untuk diteruskan pada sitofaring (kerongkongan sel) dan selanjutnya pada vakuola makanan.
  4. Vakuola makanan, yaitu struktur sel untuk mencerna makanan secara intraseluler.
  5. Vakuola kontraktil, yaitu struktur sel yang berfungsi menjaga keseimbangan air dalam sel.
  6. Mikronukleus, yaitu inti yang memiliki fungsi generatif, digunakan untuk reproduksi seksual (konjugasi).
  7. Makronukleus, yaitu inti yang memiliki fungsi vegetatif, digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan.
  8. Trikokis, terletak di bawah membran sel yang berfungsi untuk pertahanan diri dari musuh.
  9. Selnya dikelilingi oleh pelikel, yaitu selaput protein yang keras, sehingga bentuknya tetap.

Ciliata dapat ditemukan hidup di lingkungan perairan (air tawar dan air laut) yang kaya akan zat organik atau hidup pada tubuh makhluk hidup (manusia dan hewan lainnya). Ciliata hidup secara heterotorof dengan memakan zat organik di sekitarnya secara bebas atau menjadi parasit. Ciliata mencari makan dengan menangkapnya menggunakan silia dan memasukkan makanan ke dalam sitostoma. Makanan yang ditangkap ditelan melalui sitostoma secara endositosis, lalu menuju vakuola makanan untuk dicerna.

Ciliata melakukan reproduksi baik secara seksual maupun aseksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan membelah diri secara biner, sedangkan reproduksi seksualnya dilakukan dengan konjugasi. Proses konjugasi salah satunya dilakukan oleh Paramaecium.

Tahapan Konjugasi Paramecium

  1. Paramaecium berdekatan dan saling menempelkan bagian mulutnya.
  2. Mikronukleus membelah berturut-turut menjadi empat mikronukleus, sedangkan makronukleusnya lenyap/ menghilang.
  3. Tiga mikronukleus lenyap dan satu mikronukleus membelah lagi menjadi dua mikronukleus yang berbeda ukurannya (besar dan kecil).
  4. Kedua Paramecium saling bertukar mikronukleus atau materi genetik (konjugasi).
  5. Mikronukleus kedua sel yang telah melakukan konjugasi masing-masing mengalami penyatuan/ peleburan inti menjadi 1 mikronukleus.
  6. Paramaecium yang melekat tadi kemudian berpisah.
  7. Selanjutnya masing-masing mikronukleus membelah tiga kali berturut-turut menghasilkan delapan inti baru.
  8. Kemudian tiga inti lenyap, empat inti bergabung menjadi makronukleus dan satu inti menjadi mikronukleus.

Pengelompokan Ciliata

Berdasarkan pergerakannya, ciliata dapat dikelompokkan menjadi:

  1. Ciliata motil, yaitu ciliata yang dapat bergerak bebas.
    Contoh:
    . Paramecium. Berbentuk seperti sandal, hidup bebas di perairan, dan memakan zat organik.
    . Didinium. Hidup bebas di perairan dan menjadi pemangsa Paramecium.
    . Balantidium coli. Hidup parasit pada saluran pembuangan hewan/ manusia dan menyebabkan penyakit disentri.
  2. Ciliata sesil, yaitu ciliata yang hanya hidup menetap atau menempel di dasar laut.
    Contoh:
    . Vorticella. Berbentuk seperti lonceng, memiliki tangkai panjang untuk melekat pada dasar laut, dan memakan bahan organik yang mengalir bersamaan dengan aliran air.
    . Stentor. Berbentuk seperti terompet dan memakan ciliata jenis lainnya.

Rhizopoda

Pada topik sebelumnya, kalian telah mengenal protista mirip hewan atau yang sering disebut protozoa. Kalian telah mengetahui bahwa protozoa itu bermacam-macam dan dikelompokkan sesuai dengan alat geraknya. Pada topik kali ini, kalian akan belajar tentang protozoa yang bergerak menggunakan pseudopoda atau yang sering disebut kelompok rhizopoda. Apa ciri khas dari rhizopoda? Apakah rhizopoda dapat ditemukan di lingkungan kita? Mari simak cerita berikut.

Pernahkah kalian merasakan sakit perut atau diare? Tahukah kalian salah satu penyebab diare adalah adanya rhizopoda pada makanan atau minuman yang kalian konsumsi. Bagaimana rhizopoda bisa menyebabkan diare? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Rhizopoda merupakan protozoa yang bergerak dan menangkap makanannya dengan menggunakan kaki semu (pseudopodia). Bentuk tubuh rhizopoda selalu berubah-ubah karena pseudopodianya dapat muncul dari mana saja pada bagian permukaan selnya. Pada saat menjulurkan pseudopodia, selnya mengisikan sitoplasma ke dalam pseudopodia sehingga bentuk selnya mirip seperti akar. Oleh karena itu disebut rhizopoda (podos = kaki, rhizo = akar; berkaki mirip akar). Rhizopoda hidup bebas di air tawar, air laut, atau tempat berlumpur. Rhizopoda ada yang bersifat parasit pada manusia dan hewan.

Meskipun rhizopoda memiliki sel yang sederhana, tetapi sudah memiliki organel yang lengkap seperti inti sel, mitokondria, dan vakuola. Berikut fungsi dari masing-masing organel sel tersebut.

Fungsi Organel Sel Rhizopoda

  1. Inti sel berfungsi untuk mengatur seluruh kegiatan yang berlangsung dalam sel.
  2. Mitokondria berfungsi menghasilkan energi untuk melakukan aktivitas sel.
  3. Vakuola makanan untuk melakukan pencernaan dalam sel.
    Saat rhizopoda menemukan makanan, ia akan segera menjulurkan pseudopodia dan mengelilingi makanan tersebut dengan pseudopodianya, lalu menelannya secara fagositosis. Makanan yang telah ditelan akan dicerna dalam sel (intraseluler) menggunakan vakuola makanan.
  4. Vakuola kontraktil untuk menjalankan sistem ekskresi dan menjaga keseimbangan air dalam sel. Jika dalam tubuh terlalu banyak air, maka vakuola kontraktil akan berdenyut untuk mengeluarkan air tersebut. Kelebihan air akan menyebabkan sel menjadi pecah.

Rhizopoda tidak memiliki dinding sel, tetapi bagian luar tubuhnya diselimuti membran sel/ membran plasma sebagai pelindung isi sel. Membran ini berfungsi untuk membentuk kaki semu (pseudopodia), pertukaran gas (oksigen dan karbondioksida), memasukkan makanan, dan menanggapi rangsang dari sekitarnya.

Rhizopoda memiliki banyak spesies. Spesies yang terkenal dari rhizopoda adalah Amoeba. Ada dua macam Amoeba, yaitu Ektoamoeba dan Entamoeba. Ektoamoeba adalah Amoeba yang hidup bebas di luar tubuh makhluk hidup, misalnya Amoeba proteus dan Chaos carolinese. Entamoeba adalah Amoeba yang hidup di dalam tubuh organisme, misalnya Entamoeba hystolitica, yang hidup di dalam usus halus, parasit, dan dapat menyebabkan penyakit disentri. Adapun Entamoeba coli hidup di dalam kolon, tidak parasit, tetapi kadang-kadang menyebabkan diare. Entamoeba ginggivalis dalam gusi rongga mulut yang akan membusukkan sisa-sisa makanan yang menempel pada celah gigi. Efek dari pembusukan ini dapat merusak gigi.

Contoh Rhizopoda lainnya diantaranya sebagai berikut.

  1. Difflugia: memiliki selaput lendir yang melekatkan butir pasir dan benda sekitarnya.
  2. Foraminifera: memiliki rangka luar yang terdiri dari silika atau zat kapur. Semua anggota hidup di air laut. Keberadaannya menjadi indikator keberadaan minyak bumi.
  3. Radiolaria: organisme laut bertubuh bulat hampir seperti bola dan memiliki banyak duri yang terbuat dari zat kitin. Biasanya dimanfaatkan untuk penggosok (ampelas).

Rhizopoda berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri. Peristiwa ini dimulai dengan pembelahan inti sel atau bahan inti menjadi dua. Kemudian diikuti dengan pembelahan sitoplasmanya menjadi dua yang masing-masing menyelubungi inti selnya. Selanjutnya diikuti dengan pemisahan sitoplasma. Akhirnya setelah sitoplasma benar-benar terpisah, terbentuknya dua sel baru yang masing-masing mempunyai inti baru dan sitoplasma yang baru pula.

Flagellata

ada topik sebelumnya, kalian telah mengenal satu kelompok protozoa yang bergerak menggunakan kaki semu, yaitu rhizopoda. Pada topik kali ini, kalian akan belajar tentang protozoa yang bergerak menggunakan bulu cambuk, yaitu Flagellata. Apakah flagellata itu? Apakah yang membedakannya dengan protozoa lainnya? Apakah peranannya bagi kehidupan kita? Mari simak cerita berikut.
Pernahkah kalian merasakan mengantuk terus menerus atau badan terasa sangat lemas sehingga ingin selalu istirahat? Tahukah kalian akan adanya penyakit tidur yang ditandai dengan gejala-gejala tersebut dan ternyata disebabkan oleh flagellata? Bagaimana flagellata bisa menyebabkan penyakit tidur? Mari simak penjelasannya berikut ini.

Flagellata merupakan protozoa yang memiliki alat gerak seperti bulu cambuk, sering disebut flagel. Flagellata dalam bahasa Latin diambil dari kata flagell yang berarti cambuk. Biasanya flagel tersebut terletak satu pada ujung tubuhnya. Selain sebagai alat gerak, flagel juga berfungsi untuk mengetahui keadaan lingkungannya atau dapat juga digunakan sebagai alat indra serta sebagai alat bantu untuk menangkap makanan. Flagellata sebagian besar hidup bebas dan menguraikan sisa-sisa organisme, tapi ada juga yang parasit pada hewan dan manusia. Flagellata dapat hidup dalam berbagai habitat, termasuk lingkungan darat dan perairan (air tawar dan air laut). Hampir semua jenis tanah dapat ditinggali oleh flagellata, dari tanah rawa sampai pasir kering.

Cara Flagellata Mendapatkan Makanan

Flagellata memiliki beberapa cara untuk mendapatkan makanan, yaitu sebagai berikut.

  1. Holozoik adalah mencari makanan dari lingkungan, menelan, lalu mencernakan di dalam tubuhnya. Flagellata holozoik berperan sebagai predator, memangsa organisme uniseluler atau ganggang, bakteri, dan mikrofungi.
  2. Holofitrik adalah membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis.
  3. Saprofitik adalah memakan organisme yang sudah mati.
  4. Parasitik adalah dengan mengambil makanan dari organisme yang hidup (inang) sehingga menyebabkan inangnya sakit.

Organel pada flagellata yang hanya tersusun atas satu sel (uniseluler) umumnya menyerupai rhizopoda, tetapi pada flagellata sering ditemui adanya dua inti dalam satu sel serta adanya kloroplas pada beberapa spesies. Berdasarkan keberadaan kloroplas tersebut, flagellata dibedakan menjadi fitoflagellata dan zooflagellata.

  1. Fitoflagellata
    Fitoflagelata adalah flagellata yang mirip dengan tumbuhan karena memiliki kloroplas, sehingga dapat melakukan fotosintesis dan bersifat autotorof. Fitoflagellata berperan sebagai fitoplankton dalam ekosistem air. Keberadaannya sebagai fitoplankton, membuat flagellata menjadi pensuplai makanan bagi organisme lainnya. Beberapa fitoflagellata memiliki organel yang unik, yaitu stigma (bintik mata yang berwarna merah) yang berfungsi untuk membedakan antara gelap dan terang. Contoh fitoflagellata diantaranya Euglena viridis, Nocticula miliaris, dan Volvox globator.
  2. Zooflagellata
    Zooflagellata adalah flagellata yang menyerupai hewan, tidak berkloroplas, dan bersifat heterotrof. Flagellata ini ada yang hidup bebas, bersimbiosis dengan organisme lain, namun kebanyakan bersifat parasit pada organisme lain.
    Zooflagellata yang parasit dan merugikan, misalnya:
    . Giardia lamblia hidup di rongga usus kecil dan kandung empedu yang menyebabkan diare;
    . Trypanosoma gambiense menyebabkan penyakit tidur pada manusia. Flagellata ini ditularkan melalui lalat Tse-Tse yang endemik di Afrika;
    . Trichomonas vaginalis hidup pada saluran urogenital yang dapat menyebabkan penyakit pada saluran reproduksi maupun ekskresi; dan
    . Leishmania brasiliensis yang menyebabkan penyakit kulit.

Reproduksi pada flagellata ada dua macam, yaitu aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual terjadi dengan cara pembelahan biner misalnya pada Euglena, sedangkan reproduksi seksual terjadi melalui persatuan antara ovum dan spermatozoid misalnya pada Volvox. Volvox merupakan fitoflagellata yang berkoloni membentuk suatu bola. Di alam dapat ditemui koloni jantan dan koloni betina. Reproduksinya dimulai dari koloni betina yang mengandung ovum dan koloni jantan yang mengandung sperma bertemu (fertilisasi). Setelah terjadi fertilisasi akan menghasilkan zigot, zigot akan menghasilkan empat spora, yang kemudian akan menjadi individu baru.

Beberapa flagellata memiliki kemampuan membentuk kista saat lingkungan tidak kondusif untuk pertumbuhannya. Flagellata yang membentuk kista memungkinkan untuk bertahan hidup di luar tubuh inang, dan memungkinkan terjadinya perpisahan dari satu inang ke inang yang lain.

Sporozoa

ada topik sebelumnya, kalian telah mengenal protozoa yang memiliki alat gerak, diantaranya rhizopoda, flagellata, dan ciliata. Pada topik kali ini, kalian akan belajar tentang protozoa yang tidak memiliki alat gerak, yaitu sporozoa. Apa itu sporozoa? Apa yang membedakannya dengan protozoa lainnya? Apa peranan sporozoa dalam kehidupan sehari-hari? Mari simak cerita berikut.

Pernahkah kalian mendengar penyakit malaria? Banyak orang yang menginformasikan kalau penyakit malaria disebabkan oleh gigitan nyamuk. Akan tetapi, tahukah kalian bahwa yang menjadi penyebab malaria adalah adanya sporozoa dalam tubuh manusia. Bagaimana sporozoa bisa menyebabkan penyakit malaria, bahkan bisa menyebabkan kematian? Mari simak penjelasannya berikut.

Sporozoa merupakan satu-satunya anggota protozoa yang tidak memiliki alat gerak. Sesuai dengan namanya, dia mempunyai ciri khas yaitu membentuk spora. Sporozoa tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof). Seluruh sporozoa hidup sebagai parasit di tubuh manusia dan hewan lainnya, misalnya burung, reptil, dan rodentia (hewan pengerat).

Sporozoa ditemui dalam bentuk uniseluler. Sel sporozoa umumnya berbentuk bulat panjang atau oval. Sporozoa merupakan protozoa yang memiliki organel paling sedikit, tetapi memiliki organel khusus seperti kompleks apikal yang terdiri dari kait dan penghisap yang berfungsi untuk menembus sel dan jaringan tubuh inang. Makanan langsung diserap dari tubuh inangnya melalui organel penghisap tadi. Sporozoa memiliki inti sel, tetapi tidak memiliki vakuola kontraktil. Sistem respirasi dan ekskresi pada sporozoa dilakukan dengan cara difusi, yaitu pertukaran melalui membran sel.

Sporozoa dapat bereproduksi baik secara aseksual maupun secara seksual. Reproduksi aseksual dilakukan dengan skizogoni (membelah diri pada tubuh inang tetap) dan sporogoni (menghasilkan spora pada tubuh inang perantara). Sementara reproduksi seksual dengan peleburan mikrogamet (betina) dan makrogamet (jantan). Dalam keadaan sesungguhnya, reproduksi (siklus hidup) pada sporozoa cukup rumit karena melibatkan lebih dari satu inang. Misalnya siklus hidup Plasmodium sp yang menjadi penyebab penyakit malaria melibatkan tubuh inang (manusia) dan tubuh perantara (nyamuk Anopheles). Awalnya penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, kemudian sporozoa hidup di dalam jaringan darah dan hati manusia.

Berikut penjelasan tahapan siklus hidup Plasmodium dalam tubuh inang (manusia) dan dalam tubuh perantara/ vektor (nyamuk).

  1. Nyamuk Anopheles mengigit manusia. Air liurnya mengandung sel-sel plasmodium dalam bentuk sporozoit.
  2. Sporozoit mengalir menuju hati, kemudian mengalami pembelahan menjadi merozoit.
  3. Merozoit mengalir ke aliran darah dan menyerang eritrosit. Di dalam eritrosit, merozoit membelah menjadi tropozoid.
  4. Tropozoid lalu matang dan keluar dari eritrosit, sehingga eritrosit pecah. Pecahnya eritrosit mengakibatkan tubuh manusia melakukan reaksi dengan menghasilkan gejala demam.
  5. Tropozoid dapat menjadi merozoit kembali dan menyerang eritrosit sehingga makin banyak eritrosit yang pecah. Ada juga tropozoid yang berubah menjadi gametosit.
  6. Gametosit akan dihisap kembali oleh nyamuk Anopheles lain.
  7. Di dinding usus nyamuk, gametosit selanjutnya akan berkembang menjadi mikrogamet (betina) dan makrogamet (jantan).
  8. Kedua gamet tersebut kemudian mengalami fertilisasi menjadi zigot yang selanjutnya akan menjadi sporozoit yang terus membelah sampai matang.
  9. Sporozoit yang matang akan dilepas ketika nyamuk Anopheles menggigit manusia, dan siklus kembali berulang.

Macam-macam Plasmodium Sp

Macam-macam Plasmodium sp penyebab penyakit malaria yang dibawa nyamuk Anopheles antara lain:

  1. Plasmodium falcifarum, menyebabkan penyakit malaria tropikana. Gejala yang ditunjukkan yaitu demam tak menentu. Penyakit ini berpotensi menyebabkan kematian.
  2. Plasmodium malariae, menyebabkan malaria kuartana. Frekuensi demamnya setiap 3 x 24 jam.
  3. Plasmodium vivax, menyebabkan malaria tertiana. Frekuensi demamnya setiap 2 x 24 jam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *