Obyek Kajian Sosiologi menurut Para Tokoh Kontemporer
Obyek Kajian Sosiologi menurut Para Tokoh Kontemporer – Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai pokok bahasan Sosiologi, akan diuraikan pandangan sejumlah tokoh Sosiologi. Beberapa tokoh kontemporer yang akan dibahas adalah C. Wright Mills, Peter L. Berger, Leopold von Wiese, Alverd Vierkandt, dan Gabriel Tarde. Bagaimanakah obyek kajian Sosiologi menurut para tokoh kontemporer tersebut? Mari simak bahasan berikut.
Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai obyek kajian Sosiologi menurut para tokoh kontemporer.
C. WRIGHT MILLS
C. Wright Mills menyoroti pentingnya khayalan sosiologis (the sociological imagination) sebagai bagian dari upaya mempelajari Sosiologi. Khayalan sosiologis diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun dalam diri manusia. Menurut Mills, dengan khayalan sosiologis, seseorang akan mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Mills menambahkan adanya sejumlah alat pokok untuk melakukan khayalan sosiologis, yakni:
- Personal troubles of milieu, yang bersifat individual dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai yang didukung secara pribadi.
- Public issues of social structure, yang bersifat umum, menyangkut banyak orang, dan mengancam kelangsungan nilai-nilai kolektif.
Sebagai contoh, pada sebuah kota kecil yang berpenduduk 10.000 jiwa, hanya terdapat seorang penganggur saja maka pengangguran tersebut merupakan trouble, yang dapat diatasi dengan peningkatan keterampilan pribadi. Namun, apabila lebih dari separuh populasi penduduk adalah pengangguran, maka yang terjadi adalah suatu issue. Penyelesaian issue membutuhkan kajian lebih mendalam dan menyeluruh, sehingga mustahil diselesaikan tanpa upaya-upaya bersama.
PETER L. BERGER
Obyek kajian Sosiologi menurut Peter L. Berger, dalam bukunya berjudul Invitation to Sociology (1978), adalah pengungkapan realitas sosial. Seorang sosiolog harus mampu menyingkap berbagai tabir dan mengungkap realitas yang semula belum diketahui masyarakat. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah serta melakukan pembuktian secara ilmiah dan obyektif dengan pengendalian prasangka pribadi, serta menghindari penilaian normatif.
LEOPOLD VON WIESE
Leopold von Wiese berpendapat bahwa Sosiologi memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar manusia, tanpa mengabaikan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah yang berlaku. Sosiologi harus memulainya dengan mengamati perilaku nyata individu dalam kehidupan bermasyarakat.
ALVERD VIERKANDT
Alverd Vierkandt mengemukakan bahwa Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi tersebut tidak dapat dianalisis secara tersendiri, tetapi harus dilihat sebagai hasil maupun akibat dari proses interaksi antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat. Gejala-gejala mental yang dimaksud, antara lain, harga diri, persaingan, perjuangan, simpati, imitasi, dan sebagainya.
GABRIEL TARDE
Mengacu pada pendapat Gabriel Tarde, Sosiologi harus pula memfokuskan kajiannya pada gejala-gejala sosial yang bersifat psikologis. Ia memulai dengan suatu dugaan awal bahwa gejala sosial memiliki sifat psikologis, sebab mengandung interaksi antara jiwa-jiwa dari individu-individu, dimana jiwa tersebut berupa kepercayaan dan keinginan. Keinginan Tarde ialah berusaha untuk menjelaskan mengenai gejala sosial di dalam kerangka reaksi-reaksi psikis seseorang.
Rangkuman
- C. Wright Mills menyoroti pentingnya khayalan sosiologis (the sociological imagination) sebagai bagian dari upaya mempelajari Sosiologi.
- Obyek kajian Sosiologi menurut Peter L. Berger, dalam bukunya berjudul Invitation to Sociology (1978), adalah pengungkapan realitas sosial.
- Leopold von Wiese berpendapat bahwa Sosiologi memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar manusia.
- Alverd Vierkandt mengemukakan bahwa Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental.
- Mengacu pada pendapat Gabriel Tarde, Sosiologi harus pula memfokuskan kajiannya pada gejala-gejala sosial yang bersifat psikologis