Revolusi Indonesia
Revolusi dan Nasionalisme Indonesia – Revolusi Indonesia lahir setelah munculnya pergerakan-pergerakan pembaharuan di beberapa negara Eropa. Berbeda dengan pergerakan di negara Eropa yang dominan pada teknologi ataupun tata pemerintahan, revolusi Indonesia menyentuh berbagai aspek kehidupan.
Faktor Pendorong Revolusi
i. Faktor Intern
Faktor intern (dalam) yang mendorong berlangsungnya revolusi di Indonesia antara lain :
- Kejayaan sebelum penjajahan bangsa Barat
- Penderitaan rakyat akibat penjajahan kolonial
- Diskriminasi rasial
- Terbentuknya golongan terpelajar
ii. Faktor Ekstern
Faktor ekstern (luar) yang mendorong berlangsungnya revolusi di Indonesia antara lain :
- Kemenangan Jepang terhadap Rusia, kemenangan ini menyadarkan bangsa-bangsa Asia yang berada di bawah jajahan Eropa bahwa mereka mampu melawan dominasi Barat.
- Nasionalisme negara-negara Asia-Afrika
Bangsa Indonesia mengambil contoh dari perlawanan bangsa-bangsa di Asia dan Afrika terhadap pemerintahan kolonial, seperti di Turki yang dipimpin Mustafa Kemal Pasha, di Tiongkok di bawah pimpinan Sun Yat Sen, dan kebangkitan India dengan munculnya Mahatma Gandhi. - Berkembangnya paham baru
Paham baru yang dimaksud adalah liberalisme, demokrasi dan nasionalisme. Paham ini masuk ke Indonesia melalui hubungan dagang yang telah ada sebelumnya.
Organisasi-Organisasi Pro Revolusi (Perubahan)
i. Boedi Oetomo
Boedi Oetomo lahir dari buah pemikiran Dr. Wahidin Soedirohusodo dengan Soetomo di Batavia pada 20 Mei 1908. Hari ini juga ditetapkan sebagai hari berdirinya organisasi Boedi Oetomo dengan Soetomo sebagai ketuanya. Pada awal berdirinya, tujuan organisasi masih disamarkan yaitu sebagai gerakan untuk kemajuan Hindia dan juga dengan ruang gerak terbatas hanya di Jawa dan Madura.
Dalam perkembangannya, Boedi Oetomo menjauhkan kegiatan organisasi dari aktivitas politik. Mereka cenderung memperjuangkan hak dari masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Oleh karena itu, Boedi Oetomo memberikan pengetahuan bahasa Belanda kepada masyarakat dengan harapan mereka dapat memperbaiki penghidupan dengan memperoleh kedudukan yang layak pada pemerintahan kolonial. Organisasi ini juga turut melahirkan pergerakan-pergerakan lokal seperti Jong Sumatera, Jong Ambon, Jong Minahasa, Sarekat Islam dan sebagainya.
Upaya mendudukkan wakil di pemerintahan kolonial untuk kemudian bergerilya melakukan perubahan dari dalam ternyata tidak cukup efektif karena banyak dari anggota organisasi yang kemudian mendirikan organisasi sendiri sehingga pergerakan Boedi Oetomo sendiri menjadi lamban. Akhirnya, Boedi Oetomo memutuskan untuk melakukan pergerakan politiknya dengan memberi kritik radikal pada pemerintahan Belanda. Namun pergerakan ini juga kurang berkembang karena cakupan organisasi yang pergerakannya terbatas di Jawa dan Madura. Walaupun begitu, Boedi Oetomo tercatat sebagai organisasi pertama yang menumbuhkan paham persatuan nasional.
ii. Sarekat Islam
Organisasi ini semula adalah organisasi yang berbasis ekonomi. Sarekat Dagang Islam, yang memperjuangkan penghapusan terhadap monopoli bahan baku oleh pedagang-pedagang Cina. Namun pada 1912, seiring dengan perubahan nama menjadi Sarekat Islam, haluan organisasi pun berubah dengan turut juga memperjuangkan penghapusan penindasan dan rasialisme yang ada. Keanggotaan pun diperluas dengan merekrut setiap masyarakat, bukan lagi hanya dari kalangan pedagang. Haji Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto adalah tokoh penting di balik Sarekat Islam.
iii. Indische Partij
Berdiri di Bandung pada 25 Desember 1912. Organisasi ini menggantikan Indische Bond yang adalah organisasi Indo dan Eropa. Indische Partij didirikan oleh Douwes Dekker, dr. Cipto Mangunkusumo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini mengkhususkan diri pada pergerakan politik dengan semangat nasionalisme.
Salah satu yang menjadi perjuangan adalah menghapuskan diskriminasi antara keturunan Belanda asli dengan keturunan campuran (Indo). Berulangkali propaganda dilakukan baik melalui tulisan-tulisan Ki Hajar Dewantara ataupun melalui lobi-lobi yang dilakukan Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo ke berbagai daerah di Indonesia untuk mendapatkan dukungan.
Pergerakan organisasi yang terlalu radikal bagi pemerintahan kolonial membawa dampak dengan ditolaknya permintaan organisasi untuk disahkan sebagai badan hukum dan ditangkapnya pendiri Indische Partij untuk diinternir ke Belanda setelah penolakan dan sindiran mereka melalui tulisan atau risalah yang menyindir perintah kolonial Belanda kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi dan membiayai kemerdekaan Belanda dari Perancis.
iv. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia didirikan di Belanda oleh orang-orang pribumi dan non pribumi bukan Eropa sebagai perjuangan untuk memajukan kepentingan bersama di negeri Belanda. Setelah berdiri dengan nama Indische Vereeniging kemudian berganti nama di tahun 1922 menjadi Indonesische Vereeniging dan menjadi Perhimpunan Indonesia pada 1925.
Untuk menegaskan perjuangannya adalah di bidang politik, Perhimpunan Indonesia menerbitkan majalah Hindia Putra, terutama setelah kedatangan dua mahasiswa Indonesia untuk belajar ke Belanda, yaitu Ahmad Subardjo dan Mohammad Hatta. Kegiatan organisasi ini pun meningkat menjadi nasional-demokratis non kooperatif dan bahkan anti kolonial. Kegiatan PI di Belanda mengalami puncaknya setelah datangnya Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, Soewardi Soeryaningrat, Semaun dan Darsono sebagai tokoh politik lokal yang menjalani internering di Belanda.
v. Partai Komunis Indonesia
Paham Marxisme di Indonesia menyebar seiring dengan kedatangan pemimpin buruh Belanda H.J.F.M Sneevliet. Pada 1914, bersama dengan sosialis lainnya mendirikan Indische Sociaal-Demokratische Vereniging (ISDV)di Indonesia, mereka bekerja sama dengan organisasi-organisasi nasionalis di Indonesia terutama organisasi kaum muda agar ajarannya lebih mengakar. Penyebutan Partai Komunis Indonesia sendiri muncul pada Desember 1920 setelah semakin meluasnya paham komunisme di negara asal pendiri ISDV, Belanda.
vi. Partai Nasional Indonesia
Organisasi ini dibentuk di Bandung pada 1927 oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Iskaq, Cipto Mangunkusumo, Tilaar, dan Sunaryo. Dalam anggaran dasar organisasi disebutkan bahwa tujuan PNI adalah bekerja untuk kemerdekaan Indonesia. Kegiatan PNI ini dicap sebagai non kooperatif oleh pemerintahan Belanda. Apalagi kemampuan PNI dalam mengumpulkan massa dalam jumlah besar juga menjadi kekhawatiran bagi pemerintah kolonial. Pergerakan organisasi ini berulang kali mendapat penghentian dari pihak kolonial Belanda sampai akhirnya dilakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh PNI yang kemudian diadili di Bandung. Dalam proses pengadilan, Ir. Soekarni membacakan pidato pembelaannya Indonesia Menggugat.
Menggalang Persatuan Secara Moderat dan Kooperatif dalam Pergerakan
i. Pembentukan Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
Pembentukan gabungan dari partai-partai politik yang ada dilakukan dua kali, kali pertama pada 1926 yang tidak berhasil dengan baik dan pada 1927 yang diprakarsai oleh PNI. Persatuan ini penting agar semua organisasi memiliki tujuan aksi dan arah perjuangan yang sama serta menghindari perselisihan yang mungkin terjadi dalam perjuangan yang dilakukan. Tetapi persatuan ini tidak berlangsung lama, karena organisasi-organisasi yang tergabung memiliki latar belakang berbeda. Ada yang nasionalis dan ada juga yang berlatar belakang agama. Hal ini kemudian menimbulkan perpecahan dan berakibat pada keluarnya anggota organisasi secara perlahan.
Namun perpecahan ini ternyata tidak berlangsung lama. Melalui kesamaan visi dan tujuan awal pembentukan pergerakan, maka golongan muda di berbagai daerah menggagas konsep kongres yang bertujuan untuk merapatkan barisan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kongres Pemuda Indonesia pertama, dilakukan pada 30 April – 2 Mei 1926 di Jakarta untuk menyamakan visi dan misi perjuangan dan kemudian berlanjut pada Kongres Pemuda Indonesia kedua pada 27 – 28 Oktober 1928 yang menghasilkan Sumpah Pemuda sebagai awal dari persatuan cita-cita bangsa. Pada kongres ini juga pertama kali diperdengarkan lagu Indonesia Raya oleh WR Supratman.
ii. Moderat dan Kooperatif
Perkembangan taktik moderat dan kooperatif dalam pergerakan nasional disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
- Krisis ekonomi pada 1921 dan akhir tahun 1929
- Kebijakan Gubernur Jenderal Belanda terhadap kaum non kooperatif dengan penyiksaan dan penindasan
- Perkembangan paham fasisme dan Naziisme di Eropa yang mengancam negara-negara demokrasi.
Taktik kooperatif ditempuh untuk menghindari berhentinya perjuangan. Perubahan taktik ini tidak lantas mengubur cita-cita awal untuk memperjuangkan kemerdekaan. Namun teknik perjuangan diubah dengan pembentukan Dewan Rakyat (volksraad) yang menyuarakan kepentingan rakyat melalui pendekatan-pendekatan musyawarah kepada pemerintahan kolonial.
Salah satunya dengan Petisi Soetardjo yang berisi usulan sebagai berikut:
- Volksraad dijadikan parlemen yang sesungguhnya
- Direktur Departemen diberikan tanggung jawab
- Dibentuk Dewan Kerajaan (Rijksraad) sebagai badan tertinggi Belanda dan Indonesia yang beranggotakan perwakilan kedua belah pihak
- Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang karena kelahiran, asal usul dan cita-citanya memihak Indonesia.
Setelah diajukan, petisi ini kemudian mengalami penolakan oleh Pemerintah Belanda dengan alasan bahwa perkembangan politik Indonesia belum matang untuk membentuk pemerintahan sendiri, struktur politik yang belum baik dan beberapa tuntutan lainnya yang dipandang tidak alamiah.
Penolakan ini membentuk pergerakan baru melalui GAPI (Gabungan Politik Indonesia) yang selanjutnya mengadakan Kongres Rakyat Indonesia bersamaan dengan permulaan Perang Dunia II yang membawa tekanan pada pemerintahan Belanda. Aksi GAPI ini ditanggapi baik oleh kaum moderat Belanda dengan kemudian membentuk komisi yang bertugas meneliti keinginan, cita-cita dan pendapat berkembang pada golongan masyarakat mengenai perbaikan yang perlu dilakukan di pemerintahan Belanda.
Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme awalnya berkembang di Eropa. Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Bagaimana nasionalisme di Indonesia berkembang? Apa saja faktor dari nasionalisme di Indonesia? Untuk lebih memahaminya, mari kita simak pembahasan berikut ini.
Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia-Afrika khususnya Indonesia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme:
Faktor dari Dalam (internal)
- Kenangan Kejayaan Masa Lampau
Bangsa-bangsa Asia dan Afrika sudah pernah mengalami masa kejayaan sebelum masuk dan berkembangnya imperialisme dan kolonialisme barat. Bangsa India, Indonesia, Mesir, dan Persia pernah mengalami masa kejayaan sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Kejayaan masa lampau mendorong semangat untuk melepaskan diri dari penjajahan. - Bersatunya Negara-Negara Asia dan Afrika Sejak Zaman Dahulu Kala
Faktor yang mendorong rasa nasionalisme bangsa Asia bukanlah akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap bangsa Asia dan Afrika, melainkan rasa persatuan itu sudah dimiliki sejak zaman dahulu kala terutama sesama ras ataupun kerjasama perdagangan yang telah saling melengkapi antara suku produsen benda yang berlainan (terjadi pertukaran tanpa adanya keserakahan seperti yang dilakukan bangsa barat). Mereka saling menghormati dan menjaga. - Munculnya Golongan Cendekiawan
Perkembangan pendidikan menyebabkan munculnya golongan cendekiawan baik hasil dari pendidikan barat maupun pendidikan Indonesia sendiri. Mereka menjadi penggerak dan pemimpin munculnya organisasi pergerakan nasional Indonesia yang selanjutnya berjuang untuk melawan penjajahan. - Paham Nasionalis yang Berkembang dalam Bidang Politik, Sosial Ekonomi, dan Kebudayaan
- Dalam bidang politik, tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
- Dalam bidang budaya, upaya untuk melindungi, memperbaiki dan mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing di Indonesia.
Faktor dari luar (eksternal)
- Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
- Pada tahun 1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan Rusia. Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang telah membawa kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer.
- Perkembangan Nasionalisme di Berbagai Negara
- Pergerakan Kebangsaan India
Bangsa India menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All India National Congres”. Tokohnya adalah Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G. Tilak, dan sebagainya. - Gerakan Kebangsaan Filipina
Digerakkan oleh Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol di wilayah Filipina. - Gerakan Nasionalis Rakyat Cina
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam segala sektor kehidupan bangsa Cina. - Pergerakan Turki Muda (1908)
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya. - Pergerakan Nasionalisme Mesir
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. - Munculnya Paham-Paham Baru
Munculnya paham-paham baru di luar negeri seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi dan islamisme juga menjadi dasar berkembangnya paham-paham yang serupa di Indonesia.
Rangkuman
- Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat.
- Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme terbagi menjadi dua bagian, yaitu: A. Faktor dari dalam (internal), antara lain: kenangan kejayaan masa lampau, bersatunya negara-negara Asia dan Afrika sejak zaman dahulu kala, munculnya golongan cendekiawan, dan paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan. Indonesia. B. Faktor dari luar (eksternal), antara lain: kemenangan Jepang atas Rusia (1905), perkembangan Nasionalisme di berbagai negara.