Interpretasi Makna Penggalan Novel

Interpretasi Makna Penggalan Novel – Kita sudah tahu bahwa bangunan utama novel adalah bahasa. Sementara itu, tahukah kalian bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi? Ya, bahasa merupakan tanda dari suatu konteks kalimat. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila novel juga disebut sebagai simbol dari suatu cerita. Untuk memahami makna novel sebagai suatu simbol, kita harus melakukan penafsiran teks. Jadi, mari kita pelajari bersama bagaimana cara menfsirkan teks novel.

Interpretasi Makna Penggalan Novel
Interpretasi Makna Penggalan Novel

Penafsiran Teks pada Novel Indonesia

Bahasa adalah unsur utama yang membangun sebuah novel. Bahasa diartikan sebagai sistem lambang bunyi arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa sebagai sistem lambang bunyi berarti bahwa bahasa merupakan tanda atau simbol dari suatu konteks.

Dalam novel, bahasa berfungsi sebagai suatu simbol atau tanda dari cerita yang dinarasikan. Untuk memahami simbol-simbol atau tanda-tanda yang ada di dalam novel, harus ada proses pemaknaan terhadap simbol atau tanda tersebut. Hal tersebut dikarenakan simbol atau tanda tidak dapat dipahami secara langsung. Ada makna tersembunyi yang harus dipahami untuk mencari tahu isi dan makna novel.

Simbol atau tanda dalam novel biasanya mengandung kosakata konotatif, yang bisa berupa: (a) idiom/ungkapan; (b) majas; (c) peribahasa; dan sebagainya. Rangkaian kalimat yang mengandung kosakata konotatif tersebut disusun menjadi jalinan cerita dan mampu membentuk pemaknaan tersendiri bagi pembacanya. Pemaknaan seseorang pada sebuah novel bisa saja berbeda dengan orang lain. Hal itu bisa diakibatkan oleh perbedaan latar belakang pembaca maupun faktor kemampuan pembaca dalam memahami bahasa pada novel tersebut.

Cara atau upaya untuk menjelaskan makna teks yang kurang jelas disebut sebagai penafsiran teks. Penafsiran teks seringkali juga disebut pemaknaan teks. Meskipun pemaknaan teks antara satu orang dengan orang lainnya bisa saja berlainan (seperti yang sudah dijelaskan di atas), tetapi ada beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman untuk memahami teks yang sebenarnya. Misalnya, dengan cara mengetahui: (a) latar belakang pengarang; (b) latar belakang penulisan novel; (c) memahami konteks dan situasi dalam cerita; serta (d) memahami makna kiasan. Latar belakang pengarang dan penulisan novel hanya bisa diketahui melalui informasi di luar teks (lihat lagi bab sebelumnya, mengenai unsur-unsur ekstrinsik karya sastra).

Makna Penggalan Novel

Perhatikan contoh berikut!

Waktu kami tiba, Paris telah digenggam lagi oleh dingin yang jahat. Suhu sekonyong-konyong drop. Setiap orang bergegas, tak tahan berlama-lama di luar, gemelutuk, dan membungkus dirinya sampai telinga. Jalanan sepi. Gloomy.

Hopkins Turnbull, profesor yang amat terhormat, dan supervisor tesisku, susah payah menahan murka waktu aku masuk ruangannya. Profesor Turnbull sudah sepuh. Ia sering mengaku, “Aku sudah tak punya energi untuk soal remeh temeh akademik yang dasar-dasar.”

Pernyataan sambil lalu itu menimbulkan kesulitan tak terperi bagiku karena artinya ia hanya mau berurusan dengan teorema-teorema. Uji dengan simulasi saja, dan hal-hal sepele semacam itu, aan langsung dicampakkannya. Apa pun yang kuhaturkan ke haribaan meja besarnya yang berwibawa, sudah harus scientifically acceptable—dapat diterima secara ilmiah—bukan sekedar hasil kerja tergopoh-gopoh karena deadline dengan argumentasi spekulatif. Bagi Turnbull, seorang mahasiswa pascasarjana di kelas science adalah umat manusia yang seharusnya mampu menciptakan teori. Setiap menghadapnya untuk melaporkan progres risetku, aku sering secara misterius diserang diare.
(Dikutip dari novel Edensor karya Andrea Hirata, hlm.275-276
Cetakan ke-19, November 2008; Yogyakarta: Bentang Pustaka)

Berdasarkan kutipan novel di atas, kita bisa menginterpretasikan maknanya sebagai berikut.

1. Latar Belakang Pengarang
Andrea Hirata merupakan seorang anak Belitong yang menjadi ahli ekonomi telekomunikasi setelah mendapatkan beasiswa pascasarjana di salah satu universitas di Paris.
2. Latar Belakang Penulisan Novel
Novel tersebut ditulis berdasarkan pengalaman pribadi di Belitong mengenai mimpi dan perjuangan untuk meraih pendidikan yang setinggi-tingginya.
3. Konteks dan Situasi Cerita
Dari penggalan teks di atas, dapat diketahui bahwa orang yang belajar di luar negeri, dalam hal ini di Paris, tidak saja ditantang untuk pandai menyesuaikan diri dengan kondisi alamnya, tetap juga kebiasaan berdisiplin dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
4. Makna Kiasan
Pada kalimat pertama disebutkan bahwa Paris telah digenggam lagi oleh dingin yang jahat. Hal itu berarti bahwa musim yang sangat dingin seringkali hadir di Paris.

Poin Penting

1. Novel dibangun oleh bahasa.
2. Bahasa merupakan sistem lambang, sehingga mengandung simbol atau tanda.
3. Untuk memahami novel, bahasa sebagai simbol atau tanda harus diinterpretasikan atau ditafsirkan.
4. Interpretasi novel dapat dilakukan melalui: (a) latar belakang pengarang; (b) latar belakang penulisan novel; (c) memahami konteks dan situasi dalam cerita; serta (d) memahami makna kiasan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *