Kontribusi Digital di Asuransi Masih Minim

By | April 26, 2022

Kosongin.com – Kebijakan transformasi digital dalam sektor jasa keuangan menjadi salah satu prioritas OJK tahun ini. Adapaun, kebijakan digitalisasi di industri asuransi menjadi salah satu yang menjadi perhatian.

Memang, saat ini sudah banyak pelaku industri yang mulai memasarkan produk asuransinya melalui kanal digital meskipun porsinya masih kecil. Namun, hingga saat ini payung kebijakan terkait hal tersebut memang belum keluar.

Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) 2A OJK Ahmad Nasrullah mengungkapkan dari pelaku industri yang meminta agar perusahan asuransi diijinkan untuk menjual produk secara digital.

Adapun ada beberapa hal yang terus dikaji yaitu terkait pelayanan konsumen. ” Sekarang jualan langsung ketemu muka saja, masih kadang-kadang ada pengaduan ke kami, bagaimana nanti kalau tidak ketemu langsung tapi melalui sarana digital,” ujar Nasrullah.

Kontribusi Digital di Asuransi Masih Minim

Sementara itu, ada juga aspek market conduct yang diperhatikan jika penjualan produk asuransi dilakuka secara digital. Terutama terkait implementasi terhadap penentuan terhadap pangsa pasar dari produk asuransi tersebut.

Nasrullah mencontohkan terkait penjualan produk unitlink yang sampai saat ini masih ditemukan tidak sesuai dengan pangsa pasarnya. Alhasil, hal tersebut menimbulkan aduan-aduan masyarakat terhadap produk tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengakui saat ini industri asuransi jiwa masih belum bisa menerapkan penjualan produk secara digital sepenuhnya. Meskipun, peluang untuk menuju digitalisasi itu cukup besar.

Hingga kuartal III-2021, distribusi alternatif yang di dalamnya termasuk kanal telah mengumpulkan pendapatan premi hingga Rp 35,5 triliun. Hal tersebut tumbuh dari periode yang sama tahun 2019 senilai Rp 28 triliun.

“Untuk saat ini, mungkin lebih tepat untuk omnichannel, artinya perpaduan antara offline dan online,” ujar Togar.

Bukan tanpa alasan, Togar menilai produk-produk asuransi jiwa masih terlalu kompleks sehingga perlu kajian lebih lanjut terkait digitalisasi yang akan dilakukan. Memang, Togar melihat transformasi digital ini bisa menyasar remote area dan meningkatkan penetrasi asuransi.

Dari sisi pemain, BNI Life melihat kontribusi kanal digital masih kecil. Perusahaan mencatat kontribusinya kurang lebih 5% dari pendapatan premi yang tercatat sepanjang 2021 sebesar Rp 4,7 triliun.

Meskipun masih kecil, Direktur Keuangan BNI Life Eben Eser Nainggolan bilang pihaknya berharap kanal digital ini bisa terus tumbuh untuk meningkatkan potensi bisnis.

Baca Juga: Cara Instal Aplikasi Seleksi Akademik PPG 2022

Namun, ia melihat masih ada beberapa tantangan yang dihadapi terutama terkait dengan mitigasi risiko serta proses KYC pada proses pendaftaran asuransi.

Oleh karenanya, saat ini BNI Life hanya memasarkan produk-produk yang sederhana dengan harga terjangkau seperti produk asuransi mikro, asuransi kecelakaan diri, hingga produk endowment.

Sumber : keuangan.kontan.co.id

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *