Hakikat Kriminalitas, Bentuk, dan Penanggulangan

By | January 3, 2021
Hakikat Kriminalitas, Bentuk, dan Penanggulangan

Hakikat Kriminalitas, Bentuk, dan Penanggulangan

Hakikat Kriminalitas, Bentuk, dan Penanggulangan

Hakikat Kriminalitas, Bentuk, dan Penanggulangan – Kriminalitas adalah salah satu masalah sosial yang hingga kini masih ada dalam masyarakat. Bagaimanakah hakikat kriminalitas, bentuk, dan penanggulangan? Berikut penjelasannya.

Setelah mempelajari bahasan ini, kalian diharapkan mampu memahami mengenai hakikat kriminalitas, bentuk, dan penanggulangan.

Secara awam, kriminalitas atau kejahatan sering dipersamakan dengan perilaku menyimpang. Hal ini sesungguhnya tidak tepat. Memang, kriminalitas selalu merupakan perilaku menyimpang. Namun, perilaku menyimpang tak serta-merta tergolong kriminalitas. Sebagai contoh, memakai sandal yang sudah usang ke acara resmi atau menarik diri dari pergaulan adalah perilaku menyimpang, tapi jelas bukan kriminalitas. Suatu perilaku menyimpang hanya dapat dikategorikan sebagai kriminalitas jika melanggar hukum (pidana atau pun perdata), mengakibatkan kerugian, serta mengancam jiwa atau keselamatan orang lain.

Mengenai kriminalitas atau kejahatan, sejumlah ahli mengemukakan definisi berikut.

  • Emile Durkheim
    Kriminalitas atau kejahatan adalah suatu perbuatan yang dianggap sebagai kejahatan, melanggar aturan atau hukum yang berlaku dalam masyarakat, dan mendapat reaksi dari lembaga yang bertugas menegakkan hukum.
  • Huge D. Barlow
    Kriminalitas merupakan tindakan manusia yang melanggar hukum negara.
  • Paul W. Tappan
    Kriminalitas adalah suatu tindakan yang tak bisa dibenarkan atau diterima, dan dinyatakan sebagai pelanggaran hukum atau perbuatan tak patut oleh negara.

Apakah yang menyebabkan terjadinya kriminalitas atau kejahatan ? Untuk menjawabnya, dapat dikutip penjelasan sejumlah teori.

Teori Biologi-Kriminal

Cesare Lombroso (1835-1909), seorang dokter ahli kedokteran kehakiman, merupakan tokoh penting dalam teori biologi-kriminal. Pokok-pokok teori ini dituangkan Lombroso pada bukunya L’uomo Delinquente, yakni :

  • penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat,
  • bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu diwariskan dari nenek moyang (born criminal),
  • bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri biologis tertentu, di antaranya, wajah yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan sebagainya,
  • bakat jahat tersebut tidak dapat diubah atau dipengaruhi.

Teori Psikologi-Kriminal

Yochelson mengemukakan bahwa para penjahat umumnya memiliki pola berpikir abnormal sehingga membuat mereka memutuskan untuk melakukan kejahatan. Psikolog kriminal, Hervey Cleckey, menambahkan betapa para penjahat sering mengalami kekacauan mental (mental disorder) sehingga tidak menghargai kebenaran, tak tulus, serta tidak merasa malu, hina, atau bersalah atas apa pun yang dilakukannya. Sementara Joan McCord menyimpulkan beberapa variabel yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindak kejahatan, yaitu :

  • kurangnya kasih sayang serta pengawasan dari sosok ibu,
  • kekerasan yang dilakukan oleh ayah, dan
  • konflik antar orangtua.

Teori Sosiologi-Kriminal (Penyimpangan)

Secara sosiologis, kejahatan merupakan bagian dari perilaku menyimpang. Maka, teori perilaku menyimpang dipandang relevan untuk mengungkap penyebab kejahatan (Santoso, 2008).

  1. Teori Anomie
    Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Merton. Asumsinya ialah bahwa perilaku menyimpang, termasuk kejahatan, merupakan pencerminan tidak adanya kaitan antara aspirasi yang ditetapkan kebudayaan dan cara yang dibenarkan oleh struktur sosial untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Merton, struktur sosial menghasilkan tekanan ke arah anomi (strain toward anomie) dan penyimpangan. Singkatnya, individu melakukan perilaku menyimpang karena desakan keterpaksaan.
  2. Teori Differential Association
    Teori yang dirumuskan oleh Edwin H. Sutherland ini memandang bahwa penyimpangan bersumber pada differential association (pergaulan yang berbeda). Penyimpangan dipelajari melalui proses alih budaya (cultural transmission). Melalui proses belajar, seseorang mempelajari suatu sub kebudayaan menyimpang (deviant subculture). Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa seseorang menjadi penyimpang karena bergaul dengan penyimpang.
  3. Teori Kontrol
    Salah satu ahli yang mengembangkan teori ini adalah Travis Hirschi. Ide utama dari teori kontrol ialah bahwa perilaku menyimpang merupakan hasil dari kekosongan atau tidak adanya pengendalian sosial (social control). Teori kontrol dibangun atas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada norma dan memiliki dorongan melakukan pelanggaran. Oleh sebab itu, pengendalian sosial mutlak diperlukan sepanjang waktu.
  4. Teori Labeling
    Menurut Edwin M. Lemert, seseorang menjadi penyimpang karena proses labeling (pemberian julukan, cap, etiket) negatif yang dilekatkan masyarakat kepadanya. Mula-mula, seseorang melakukan penyimpangan, yang oleh Lemert disebut penyimpangan primer (primary deviation). Akibatnya, orang lain lantas memberikan berbagai cap negatif. Sebagai tanggapan terhadap cap tersebut, maka pelaku penyimpangan kemudian mendefinisikan dirinya sebagai penyimpang dan melakukan penyimpangan sekunder (secondary deviation). Lambat laun, ia pun mulai menganut suatu gaya hidup menyimpang (deviant lifestyle).

Rangkuman

  1. Secara awam, kriminalitas atau kejahatan sering dipersamakan dengan perilaku menyimpang. Hal ini sesungguhnya tidak tepat. Memang, kriminalitas selalu merupakan perilaku menyimpang. Namun, perilaku menyimpang tak serta-merta tergolong kriminalitas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *