Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek
Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek

Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek

1265 View

Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek – Kegiatan membaca akan memperkaya ilmu pengetahuan seseorang. Jenis bacaan sangatlah beragam. Komik, novel, puisi, dongeng, fabel, legenda, artikel, cerita pendek (cerpen), dan lain-lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cerita pendek (cerpen) adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu situasi.

Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek
Struktur dan Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek

Membaca kisah yang disuguhkan penulis dalam sebuah cerita pendek dapat menambah pengalaman hidup. Setiap cerpen memiliki tema, tokoh, latar, sudut pandang, alur, dan amanat yang membentuk struktur keseluruhan cerita.

Pada materi kali ini, kita akan mempelajari mengenai struktur teks cerita pendek.

Struktur Teks Cerita Pendek

Struktur teks cerita pendek terdiri dari orientasi, komplikasi, dan resolusi.

Orientasi adalah awal sebuah cerita yang berisi pengenalan para tokoh dan latar.
Komplikasi adalah saat terjadinya sebuah masalah atau konflik yang dialami oleh tokoh utama dan bagaimana dia bereaksi terhadap konflik tersebut. Secara bertahap konflik akan meningkat (klimaks) hingga mencapai puncaknya.
Resolusi adalah suatu keadaan ketika sang tokoh mendapatkan ide untuk menyelesaikan masalahnya.

Analisis Struktur Teks Cerita Pendek

Bacalah cerpen di bawah ini!

Analisisnya Untuk Mengetahui Struktur Teks

Orientasi
Aldi cemberut. Nasi di piringnya masih tersisa. Lauk Ibu pagi ini tidak enak. Bukan ayam goreng seperti permintaan Aldi. Ibu hanya buat tempe goreng dikasih tepung. Aldi tidak suka makanan itu.
Susu di hadapan Aldi juga masih ada satu gelas utuh. Aldi tadi minum sedikit. Susunya bukan susu yang seperti Aldi pesan. Pagi ini, susunya susu kaleng yang rasanya terlalu manis dan tidak enak di mulut Aldi.
“Kamu buang nasi lagi?” tanya Ibu.
Aldi diam. Aldi melihat Ibu mengambil piring Aldi, lalu menaruh sisa nasi itu di atas loyang yang biasa dipakai untuk membuat kue.
Loyang itu nanti akan Ibu bawa ke lantai atas. Di lantai atas, tidak ada atapnya. Itu tempat Ibu biasa menjemur pakaian. Kalau matahari bersinar cerah, nasi sisa itu akan cepat menjadi kering.
“Masa setiap hari nasi kamu tidak habis?” Ibu menggelengkan kepalanya.
Aldi diam saja. Berdiri dari duduknya. Huh, Aldi, kan sudah bilang. Kalau sarapan, Aldi maunya makan ayam goreng, bukan tempe goreng, gerutu Aldi di dalam hati. “Aldi berangkat, Bu…,” Aldi mengeluarkan sepedanya.

**
Apa orientasi yang bisa kamu simpulkan dari paragraf awal di atas? Tokoh Aldi adalah seorang pelajar yang selalu sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Beberapa hari ini, Aldi selalu menyisakan nasi di piringnya. Dia tidak menyukai menu yang disuguhkan. Ibu Aldi adalah perempuan yang sabar menghadapi kelakuan anak lelakinya. Ibu memanfaatkan nasi sisa dengan menjemurnya agar kering.
Latar tempat kejadian pada bagian orientasi adalah di rumah Aldi. Waktu di pagi hari saat sarapan.

Komplikasi
Di sekolah, aldi bercerita pada teman yang lain soal lauk makannya di pagi hari.
“Kalau makan, aku juga suka sisa, kok… “ kata Dion setelah mendengar cerita Aldi.
“Mamiku biasanya membuang sisa nasi ke tempat sampah,” Rina bicara sambil mengunyah es krimnya.
“Iya, Bunda aku juga begitu. Buat apa dijemur?” tanya Rifka bingung.
Itu dia. Aldi juga tidak tahu. Kenapa Ibu suka sekali menjemur nasi sisa? Kenapa tidak dibuang saja? Nasi yang sudah kering itu disebut nasi aking. Ibu pernah memberi tahu Aldi. “Memangnya bisa dijual?” tanya Rina. Aldi menggelengkan kepalanya. Ia juga tidak tahu.
Aldi memang tidak pernah tahu nasi itu untuk apa. Namun, ketika Aldi meletakkan sepedanya setelah pulang sekolah, Aldi melihat Ibu menyerahkan nasi itu untuk Toto. Nasi kering itu dimasukkan ke kantong plastik bening. Toto dulu pernah jadi teman sekelas Aldi. Rumahnya di belakang sekolahan.
“Kemarin ada pemulung yang lewat, terus Ibu tawari nasi aking itu. Tapi karena bawaannya sudah banyak, anaknya yang disuruh mengambil. Katanya buat ayam peliharaannya.”
Aldi memandangi punggung Toto yang sudah pergi menjauh. Toto tadi tidak melihatnya. Ayam peliharaan Toto? Kening Aldi berkerut jadinya.
Siang itu, Aldi jadi tidak bisa tidur karena memikirkan Toto. Aldi tahu di mana rumah Toto. Aldi tahu kalau rumah Toto itu terletak di pinggir kali. Di depan rumahnya hanya ada kali dan tidak ada kandang ayam.
Aldi bangun dari rebahannya.
“Mau ke mana?” Tanya Ibu ketika melihat Aldi mengeluarkan sepedanya.
“Ke rumah teman, Bu. Sebentar saja. Boleh, ya?”
Ibu mengangguk.
Aldi penasaran dengan nasi aking itu. Aldi harus tahu.

**
Apakah pada bagian ini kamu merasakan ada masalah yang muncul dalam cerpen “Nasi Aking untuk Toto?” Aldi bercerita pada teman-temannya di sekolah bahwa dia tidak pernah menghabiskan sarapan pagi. Dan kebiasaan ibu menjemur nasi sisa untuk dijadikan nasi kering atau nasi aking. Masalah mulai memuncak ketika Aldi melihat ibu menyerahkan nasi aking untuk Toto yang pernah jadi teman sekelasnya. Aldi penasaran dengan kejadian tersebut. Dia pun menyelidiki langsung ke rumah Toto.

Resolusi
Rumah Toto belum pindah. Masih di tempat yang sama. Aldi menaruh sepedanya agak jauh dari rumah itu. Aldi bisa pura-pura main ke rumah Toto atau pura-pura cari alamat rumah teman sekolahnya. Banyak teman sekolah Aldi, yang rumahnya di dekat rumah Toto.
Aldi berjalan pelan. Hampir menuju rumah Toto. Lalu …
“Nasi kering yang tadi kamu dapat, dicuci dulu. Nanti Ibu masak buat makan kita.”
Aldi terus mendengarkan.
“Nasi itu bisa untuk makan kita sampai besok. Sampai Bapak punya uang buat beli beras.”
Aldi tidak bergerak dari tempatnya berdiri.
Ia melihat Toto ke luar membawa bungkusan nasi kering di dalam plastik yang tadi Ibu beri. Mata Aldi berkedip beberapa kali. Ia langsung berlari, mengambil sepedanya dan pulang.
“Berapa harga beras satu liternya, Bu?” tanya Aldi pada Ibu. Di piring depannya ada tempe dan tahu goreng, juga sayur kangkung.
“Buat apa?”
Aldi menggeleng sambil tersenyum lalu makan dengan lahap tanpa tersisa.
Ibu mengangkat jempolnya tinggi-tinggi.
“Kalau beli beras, di mana, Bu?” tanya Aldi lagi. “Di warung depan bisa, kan?”
Ibu mengangguk. “Kamu mau apa?”
Aldi hanya meringis.
Nanti Aldi akan buka celengannya, lalu beli dua atau tiga liter beras. Ia ingin memberikannya pada Toto.
Di dalam hati, Aldi berjanji tidak akan menyisakan nasi lagi sehingga tidak ada nasi yang terbuang. Aldi juga berjanji, akan merahasiakan kejadian yang ia lihat di rumah Toto. Cukup ia yang tahu keadaan Toto….

**
Pada bagian akhir cerpen ini, kita merasakan konflik mencapai puncaknya. Aldi melihat langsung keadaan keluarga Toto yang hidup dalam kemiskinan. Bahkan, Aldi mendengar manfaat nasi aking yang dimasak ulang agar keluarga Toto dapat bertahan hidup. Aldi menjadi sedih.

Bagaimana Aldi menyelesaikan permasalahannya? Dia menyadari bahwa hidupnya lebih baik daripada Toto. Dia berjanji akan lebih menghargai masakan ibu, tidak akan pilih-pilih makanan, dan makan dengan lahap. Bahkan, dia berniat membantu Toto dengan hasil tabungannya, yaitu membeli beberapa liter beras untuk disumbangkan pada temannya itu.

Topik Penting

Struktur teks cerpen terdiri dari orientasi, komplikasi, dan resolusi. Struktur teks cerpen saling berhubungan dan melengkapi sehingga membentuk sebuah cerpen utuh yang layak baca.

Ciri-ciri Bahasa Teks Cerita Pendek dalam Mendeskripsikan Penokohan dan Latar

Memahami teks cerita pendek baik melalui lisan maupun tulisan

Halo, Sahabat Quipper.
Bandingkan, yuk, kolom di kanan dengan di kiri. Mana yang lebih dramatis?

Kolom A ‘terasa’ lebih dramatis dan menarik karena mengandung kata-kata yang mampu ‘menggambarkan’. Maukah kamu mahir membuat teks seperti itu? Mari simak uraian materinya di bawah ini!Cerita pendek adalah karya fiksi yang menceritakan tokoh dengan alur sederhana. Konfliknya pun dibangun tidak serumit novel sehingga dapat dibaca cepat dan langsung selesai.

Cerita pendek mengandung unsur-unsur intrinsik penokohan dan latar. Penokohan adalah watak tokoh yang diceritakan oleh penulis. Berbeda dengan tokoh, penokohan ‘sengaja’ dibuat oleh penulis agar dapat membawa pembaca mengikuti konflik cerita (alur). Tokoh tersebut akan digambarkan/diberikan karakter, sifat, dan watak yang khas, yang membedakan dengan tokoh lain. Sedangkan latar mengacu pada keterangan mengenai tempat, waktu, dan suasana terjadinya cerita. Latar cerita menggambarkan kapan terjadinya cerita tersebut berlangsung/terjadi. Dengan adanya latar, cerita akan terasa seperti nyata dan benar-benar terjadi.

Lalu, bagaimana cara mengenali penokohan dan latar teks cerpen? Jawabannya adalah dari ciri bahasa teks cerpen di bawah ini.

1. Kata Sifat
Kata sifat dapat menggambarkan penokohan, misalnya pemarah, sabar, santun, dermawan, congkak, cantik, dan sebagainya. Khususnya penokohan, kata sifat akan menempel pada sikap, karakter, sifat, dan watak. Sedangkan pada latar, kata sifat mampu membuat suasana cerita menjadi lebih menarik dan dramatis, misalnya malam temaram, gelap gulita, hijau menyejukkan, dan sebagainya. Bandingkan dengan malam, gelap, hijau.
Contoh:
• Salman adalah kawanku yang sangat dermawan. (menggambarkan penokohan)
• Salman berjalan di semak-semak kering. Malam tampak kelam dan pandangan mata semakin takjelas. (menggambarkan latar)

2. Kata Kerja
Kata kerja dapat menunjukkan watak, ciri fisik, dan peristiwa agar tergambarkan dengan lebih jelas. Hal ini berhubungan dengan penokohan dan latar cerpen, misalnya usap, tegur, dorong, ambil, baca, minum, makan, dan sebagainya.
Contoh:
• Kuusap rambut putihku yang mulai rontok. Kupandangi kulit tangan, kaki, dan pipi yang menipis dan bergelayut. (menggambarkan penokohan fisik seseorang yang sudah tua)
• Suaranya lama-lama semakin menggetarkan jiwa setiap orang. (menggambarkan latar suasana hati yang sedang dirasakan)

3. Kata keterangan
Kata keterangan dapat menerangkan kata benda agar lebih menarik sehingga mampu menggambarkan penokohan dan latar, misalnya: pada, sangat, di, ke, dari, dengan, untuk, secara, agar, karena, sehingga, akibatnya, dan sebagainya (lihat kembali materi mengenai kata keterangan).
Contoh:
• Salman bukan anak yang dermawan karena ia tidak senang berbagi.
• Salman dengan cekatan membantu kawannya yang kesulitan.

4. Kalimat Langsung dan Kalimat Taklangsung
Kalimat langsung dan kalimat taklangsung dapat menggambarkan penokohan dan latar dari dialog antartokoh, respons, dan tanggapan tokoh lain. Kalimat langsung melaporkan ujaran sedangkan kalimat taklangsung menirukan ujaran. Kalimat taklangsung cirinya berupa kalimat berita.
Contoh:
• Kalimat langsung: “Ambillah sedekah ini,” ucapnya santun. (menggambarkan sifat santun tokoh-penokohan)
• Kalimat taklangsung: Salman menyuruhku untuk segera mengambil uang itu. (menggambarkan latar suasana sebuah kejadian)
• Kalimat taklangsung: Lima menit berlalu, Desy mengatakan diam padaku. (menggambarkan latar suasana sebuah kejadian)

Perhatikan contoh di bawah ini!

Puteri nyengir, menatap Sari lamat-lamat, lantas sengaja sekali berbisik, “Rio.”
Pelan saja Puteri mengatakan kalimat itu, berbisik malah, sengaja agar yang mendengar hanya Sari, tapi itu cukup untuk menghentikan langkah kakiku yang persis sudah di bawah bingkai pintu menuju dapur kontrakan. Dan juga tentu saja, tiga teman satu jurusan lain yang masih sibuk dengan tugas di karpet ruang tengah.
What??? Rio?
Lupakan mie rebus, bergegas balik kanan.
(“Hiks, Kupikir Ini Sungguhan”, Tere Liye dalam Sepotong Hati yang Baru)

Mari kita cermati!

Cuplikan cerpen di atas menggambarkan penokohan dan latar dengan ciri bahasa seperti di bawah ini.
1. Kata sifat: lamat-lamat .
2. Kata kerja: nyengir, menatap, sengaja, berbisik, mengatakan, sengaja, mendengar, menghentikan, menuju, sibuk, lupakan, bergegas, balik kanan.
3. Kata keterangan: sekali, pelan, saja, itu, malah, agar, yang, hanya, untuk, dapur kontrakan, dan, juga, karpet, ruang tengah.
4. Kalimat langsung dan kalimat taklangsung:
• Pelan saja Puteri mengatakan kalimat itu, berbisik malah, sengaja agar yang mendengar hanya Sari, tapi itu cukup untuk menghentikan langkah kakiku yang persis sudah di bawah bingkai pintu menuju dapur kontrakan. (kalimat taklangsung),
• Puteri nyengir, menatap Sari lamat-lamat, lantas sengaja sekali berbisik, “Rio.” (kalimat langsung).

Poin Penting

Penokohan dan latar pada cerpen dapat digambarkan oleh ciri bahasa kata sifat, kata kerja, kata keterangan, kalimat langsung, dan kalimat taklangsung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *