Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer
Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer

Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer

1180 View

Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer – Pada pembahasan yang lalu, kita telah mengenal apa itu puisi kontemporer dan bagaimana karakteristiknya. Kali ini kita akan belajar memahami tema-tema yang biasanya dimunculkan dalam puisi kontemporer.

Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer
Mengidentifikasi Tema Puisi Kontemporer

Antara Tema dan Periodisasi

Setiap periodisasi sastra dalam kesusasteraan Indonesia biasanya memiliki ciri khas pada pemilihan tema. Tema-tema ini muncul terkait peristiwa yang terjadi pada zaman itu. Sebelum tahun 1920, kesusasteraan Pujangga Lama yang berbentuk pantun, gurindam, atau hikayat lebih banyak memproduksi karya yang berunsur istana sentris dan penuh dengan pelajaran nilai adat. Pada tahun 1920-an muncul angkatan Balai Pustaka. Karya sastra yang muncul pada zaman ini menitikberatkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi “kolot” yang membelenggu. Karya yang terkenal pada zaman ini adalah Siti Nurbaya dan Salah Asuhan. Pada tahun 1930, muncul angkatan Pujangga Baru yang bereaksi terhadap sensor yang dilakukan Balai Pustaka.

Angkatan ini menampilkan karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran berbangsa (ingat bahwa peristiwa Sumpah Pemuda muncul terjadi pada zaman ini dan menandakan gelora nasionalisme). Setelah itu, muncul Angkatan 1945 dengan tokoh terkenalnya adalah Chairil Anwar. Seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar, sastrawan Angkatan ’45 banyak bercerita tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Pada tahun ’50 – ’60-an, karya sastra didominasi oleh cerita pendek dan kumpulan puisi. Angkatan ’50 ini banyak menampilkan tema-tema sosial-politik dan revolusi. Kemudian, pada tahun 1960-an muncul Angkatan ’66 – ’70 yang banyak memproduksi karya-karya denga tema surealis (di luar kenyataan), kesadaran berpikir, dan terkadang bersifat absurd.

Pemilihan Tema Puisi Kontemporer

Sebagai puisi yang terlepas dari bentuk-bentuk konvensional, puisi kontemporer pun menawarkan tema-tema yang relatif bebas dan beragam. Beberapa puisi kontemporer ada yang berisi kritik/satire. Ada juga yang membicarakan cinta dan romantisme, religius, serta dapat berisi sebuah kelakar dengan gaya lugu/polos. Perhatikan contoh-contoh berikut!
Contoh 1 (kritik/satire)

section-media
section-media

Contoh 3 (kelakar)
SEBUAH PERINTAH
Karya : Hardo Waluyo

Serbuuu….
Serbuuu….
Kota itu
Dengan batu
Sampai jadi abu
Binasakan
Semua
Kecuali
Mertuaku
Yang dungu
Dan lucu

Contoh 4 (religius)
Kecubung Pengasihan
Karya : Danarto

Ya, Allah
Undanglah daku
Dalam satu meja makan
Di mana terhidang segala makanan,
Kasih sayang

Dan gurau bersahut-sahut
Lalu Engkau berkata dengan senyuman merekah
“Marilah kita bicara tentang segalanya.”

Sejenak tangan kiri kita berpegangan
pada bibir meja

Dari keempat contoh puisi di atas, kita dapat memahami beragam tema yang muncul. Tema setiap puisi dapat kita tentukan dengan memahami makna puisi, baik dilihat dari segi diksi maupun majas yang ditimbulkan.
Puisi pada contoh 1 disebut satire karena menggunakan diksi semacam Tanah airmata tanah tumpah dukaku pada baris 1. Penggunaan majas paradoks (pertentangan) pada baris 6 – 7, Di balik gembur subur tanahmu Kami simpan perih kami, menambah kesan sindiran atas kondisi Indonesia yang menyedihkan.

Puisi pada contoh 2 akan terlihat sisi romantismenya dengan melihat diksi rintik rindunya dan dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu. Hal-hal tersebut memberikan pemahaman ada rindu yang tak terucap dari seorang kekasih yang digambarkan melalui antromorfisme (penggantian tokoh manusia dengan benda-benda), yaitu hujan di bulan Juni.

Untuk selebihnya, kalian dapat berlatih menganalisis puisi 3 dan 4 dan tunjukkan mengapa puisi 3 bertema kelakar, sedangkan puisi 4 bertemakan religius/agama!

Poin Penting

1. Tema pada setiap puisi akan berbeda seiring dengan zaman yang juga ikut berbeda. Puisi kontemporer pun memiliki beragam tema, mulai dari romantisme, religius, kritik, bahkan hanya sekadar puisi nakal dan kelakar.
2. Dalam memahami tema setiap puisi, kita harus mencermati penggunaan diksi ataupun majas.
3. Memahami makna sebuah puisi memang bukan pekerjaan mudah. Perenungan dicampur dengan daya imajinasi mungkin bisa membantu sambil kita melihat penggunaan kata-kata yang dipilih dan dipilah oleh penyair.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *