
Klasifikasi dan Sejarah Perkembangan Kota – Bagaimanakah klasifikasi kota dari berbagai kriteria ? Mari cermati materi pelajaran kali ini.
KLASIFIKASI KOTA DALAM SEJARAH
Perkembangan kota-kota di Indonesia dimasa pra-sejarah dapat diklasifikasikan atas :
1) Kota-kota istana, yang dicirikan oleh susunan spatialnya yang mencerminkan konsepsi rakyat tentang alam semesta. Raja dan istananya dipandang sebagai pusat alam semesta dan penjaga keseimbangan. Contohnya adalah Gianyar dan Klungkung (Bali), Yogyakarta, dan Solo (Jawa Tengah).
2) Kota pusat keagamaan, susunan spatialnya berkisar di sekitar makam raja-raja atau sebuah bangunan suci berupa candi. Bangunan itu dikelilingi oleh perumahan para pandita, biksu, atau mereka yang bertugas memelihara bangunan-bangunan suci dan pusat keagamaan itu. Contohnya adalah Kota Gede (Yogyakarta).
3) Kota pelabuhan, terdiri dari bagian-bagian tempat tinggal para penguasa pelabuhan, yang dekat dengan pelabuhan dan beberapa perkampungan tempat bermukimnya para pedagang asing yang terpisah-pisah dan disebut kampung menurut nama negeri asal mereka. Contohnya adalah Kota Demak dan Ujung Pandang.
KLASIFIKASI KOTA SECARA NUMERIK
Klasifikasi kota secara numerik adalah penggolongan kota yang didasarkan pada unsur-unsur penduduk. Yang termasuk unsur-unsur penduduk tersebut, seperti jumlah penduduk, kepadatan penduduk, dan luas wilayah. Klasifikasi secara numerik biasanya digunakan untuk menentukan tingkat perkembangan suatu kota, walaupun belum ada standar yang berlaku secara umum.
Klasifikasi kota yang didasarkan atas jumlah penduduk, misalnya :
• Di Swedia, suatu wilayah disebut kota apabila penduduknya berjumlah 200 jiwa.
• Di Amerika Serikat dan Meksiko, suatu wilayah disebut kota apabila memiliki penduduk yang batas minimalnya 2.500 jiwa.
• Di Kanada, disebut kota apabila batas minimal penduduknya 1.000 jiwa.
Adapun Pemerintah Republik Indonesia membuat penggolongan kota berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut :
1) Kota kecil, jumlah penduduk antara 20.000 sampai dengan 50.000 jiwa.
2) Kota sedang, jumlah penduduk antara 50.000 sampai dengan 100.000 jiwa.
3) Kota besar, jumlah penduduk antara 100.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa.
4) Kota metropolitan, atau disebut juga metropolis, ialah kota yang jumlah penduduknya antara 1.000.000 jiwa sampai 5.000.000 jiwa.
5) Kota Megapolitan, yakni kota yang jumlah penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa.
Sementara, menurut N.R. Saxena (2000), tahapan pemusatan penduduk kota adalah sebagai berikut :
• Infant Town dengan jumlah penduduk antara 5.000 sampai dengan 10.000 orang.
• Township yang terdiri atas adolescent township, mature township, dan specialized township dengan jumlah penduduk Antara 10.000 sampai dengan 50.000 orang.
• Town-city * terdiri atas *adolescent town, mature town, specialized town, dan adolescent city dengan jumlah penduduk berkisar 100.000 sampai 1.000.000 orang.
KLASIFIKASI KOTA DARI TAHAP PERKEMBANGAN
Menurut Lewis Mumford (1982), terdapat enam jenis kota ditinjau dari tahap-tahap perkembangannya, yakni :
- Eopolis, merupakan suatu pusat dari daerah-daerah pertanian dan yang mempunyai adat istiadat yang bercorak kedesaan dan sederhana.
- Polis, merupakan tempat berpusatnya kehidupan keagamaan dan pemerintahan. Bentuknya adalah bagaikan benteng yang kokoh yang didalamnya terdapat tempat-tempat ibadah, pasar, dan industri-industri kecil (gilda), lembaga pendidikan, tempat-tempat hiburan dan olahraga.
- Metropolis, dicirikan oleh wilayahnya yang kurang luas dan penduduknya yang banyak, terdiri atas orang-orang dari berbagai bangsa untuk berdagang dan tukar-menukar kekayaan budaya rohani. Juga terdapat percampuran perkawinan antar bangsa dan ras sehingga memunculkan filsafat dan kepercayaan baru. Secara fisik, perkembangan menjadi metropolis menunjukkan sifat kemegahan, tetapi dari segi sosial memperlihatkan adanya kekontrasan antara golongan yang kaya dan golongan yang miskin.
- Megalopolis, merupakan tingkat perkembangan lanjutan dari metropolis. Pada tahap perkembangan ini, gejala sosio-patologis sangat menonjol; di satu pihak terdapat kekayaan dan kekuasaan yang didukung oleh birokrasi yang ketat, tapi di pihak lain terdapat kemiskinan dan keresahan yang semakin meluas dalam masyarakat, sehingga mendorong terjadinya pemberontakan kaum proletar.
- Trianopolis, ditandai oleh terjadinya degenerasi, merosotnya moral penduduk, adanya kejahatan dan kemaksiatan dan timbulnya kekuatan politik baru dari kaum proletariat (rakyat jelata), yang sewaktu-waktu akan melanda kota dengan pemberontakan.
- Nekropolis, merupakan kota yang sedang mengalami kehancuran menjadi rangka (nekros artinya bangkai). Peradabannya runtuh dan kota menjadi puing-puing reruntuhan.
Sejarah Perkembangan Kota
Kota berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Bagaimanakah sejarah perkembangan kota? Mari kita cermati materi pelajaran kali ini.
Pada mulanya, kota merupakan konsentrasi rumah tangga di pinggir-pinggir sungai yang diorganisasi mengelilingi penguasa atau biasanya pemimpin agama atau pendeta gereja yang kemudian diteruskan oleh kelompok pendeta yang menyelenggarakan pengendalian yang sistematis dan kontinyu terhadap panen, tenaga kerja dan lain-lain. Dari peninjauan sejarah perkembangan dan pertumbuhan kota secara spesifik diperoleh gambaran mengenai hal-hal yang menyangkut proses perkembangan dan pertumbuhan kota, faktor-faktor penggerak perkembangan dan pertumbuhan kota, dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dipakai didalam usaha pengarahan dan penyusunan arah dan besarnya perkembangan dan pertumbuhan kota.
Perkembangan kota secara umum menurut Branch (1995) sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi internal yang menjadi unsur terpenting dalam perencanaan kota secara komprehensif. Namun beberapa unsur eksternal yang menonjol juga dapat mempengaruhi perkembangan kota. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi perkembangan kota adalah :
- Keadaan geografis mempengaruhi fungsi dan bentuk fisik kota. Kota yang berfungsi sebagai simpul distribusi, misalnya perlu terletak di simpul jalur transportasi, dipertemuan jalur transportasi regional atau dekat pelabuhan laut. Kota pantai, misalnya akan cenederung berbentuk setengah lingkaran, dengan pusat lingkaran adalah pelabuhan laut.
- Tapak (Site) merupakan faktor-faktor ke dua yang mempengaruhi perkembangan suatu kota. Salah satu yang dipertimbangkan dalam kondisi tapak adalah topografi. Kota yang berlokasi di dataran yang rata akan mudah berkembang ke semua arah, sedangkan yang berlokasi di pegunungan biasanya mempunyai kendala topografi. Kondisi tapak lainnya berkaitan dengan kondisi geologi. Daerah patahan geologis biasanya dihindari oleh perkembangan kota.
- Fungsi kota juga merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kota-kota yang memiliki banyak fungsi, biasanya secara ekonomi akan lebih kuat dan akan berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi tunggal, misalnya kota pertambangan, kota yang berfungsi sebagai pusat perdagangan, biasanya juga berkembang lebih pesat dari pada kota berfungsi lainnya;
- Sejarah dan kebudayaan juga mempengaruhi karekteristik fisik dan sifat masyarakat kota. Kota yang sejarahnya direncanakan sebagai ibu kota kerajaan akan berbeda dengan perkembangan kota yang sejak awalnya tumbuh secara organisasi. Kepercayaan dan kultur masyarakat juga mempengaruhi daya perkembangan kota. Terdapat tempat-tempat tertentu yang karena kepercayaan dihindari untuk perkembangan tertentu.
- Unsur-unsur umum seperti jaringan jalan, penyediaan air bersih berkaitan dengan kebutuhan masyarakat luas, ketersediaan unsur-unsur umum akan menarik kota ke arah tertentu.
Pengertian Perkembangan Kota
Pengertian kota menurut Dickinson (dalam Jayadinata, 1999) adalah suatu pemukiman yang bangunan rumahnya rapat dan penduduknya bernafkah bukan pertanian. Suatu kota umumnya selalu mempunyai rumah-rumah yang mengelompok atau merupakan pemukiman terpusat. Suatu kota yang tidak terencana berkembang dipengaruhi oleh keadaan fisik sosial.
Pertumbuhan dan perkembangan kota pada prisipnya menggambarkan proses berkembangnya suatu kota. Pertumbuhan kota mengacu pada pengertian secara kuantitas, yang dalam hal ini diindikasikan oleh besaran faktor produksi yang dipergunakan oleh sistem ekonomi kota tersebut. Semakin besar produksi berarti ada peningkatan permintaan yang meningkat. Sedangkan perkembangan kota mengacu pada kualitas, yaitu proses menuju suatu keadaan yang bersifat pematangan. Indikasi ini dapat dilihat pada struktur kegiatan perekonomian dari primer kesekunder atau tersier. Secara umum kota akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan melalui keterlibatan aktivitas sumber daya manusia berupa peningkatan jumlah penduduk dan sumber daya alam dalam kota yang bersangkutan
Selanjutnya berdasarkan pada kenampakan morfologi kota serta jenis penjalaran areal kota yang ada, menurut Hudson dalam Yunus (1994) mengemukakan beberapa model bentuk kota, yaitu sebagai berikut:
- Bentuk satelit dan pusat-pusat baru. Bentuk ini menggambarkan kota utama yang ada dengan kota-kota kecil di sekitarnya terjalin sedemikian rupa, sehingga pertalian fungsional lebih efektif dan lebih efisien.
- Bentuk stellar atau radial. Bentuk kota ini untuk kota yang perkembangan kotanya didominasi oleh ribbon development
- Bentuk cincin, terdiri dari beberapa kota yang berkembang di sepanjang jalan utama yang melingkar.
- Bentuk linier bermanik, pertumbuhan areal-areal kota hanya terbatas di sepanjang jalan utama dan pola umumnya linier. Pada pola ini ada kesempatan untuk berkembang ke arah samping tanpa kendala fisikal.
- Bentuk inti/kompak, merupakan bentuk perkembangan areal kota yang biasanya didominasi oleh perkembangan vertikal.
- Bentuk memencar, merupakan bentuk dengan kesatuan morfologi yang besar dan kompak dengan beberapa urban centers, namun masing-masing pusat mempunyai grup fungsi-fungsi yang khusus dan berbeda satu sama lain.
- Berdasarkan pendapat para ahli yang dikemukakan di atas, tentang pola-pola perkembangan fisik kota, pada dasarnya memiliki banyak persamaan. Namun secara umum pola perkembangan fisik kota dapat dibedakan menjadi perkembangan memusat, perkembangan memanjang mengikuti pola jaringan jalan dan perkembangan meloncat membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru.
Faktor-Faktor Penyebab Perkembangan Kota
Menurut Sujarto (1989) faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan yang bekerja pada suatu kota dapat mengembangkan dan menumbuhkan kota pada suatu arah tertentu. Ada tiga faktor utama yang sangat menentukan pola perkembangan dan pertumbuhan kota :
- Faktor manusia, yaitu menyangkut segi-segi perkembangan penduduk kota baik karena kelahiran maupun karena migrasi ke kota. Segi-segi perkembangan tenaga kerja, perkembangan status sosial dan perkembangan kemampuan pengetahuan dan teknologi.
- Faktor kegiatan manusia, yaitu menyangkut segi-segi kegiatan kerja, kegiatan fungsional, kegiatan perekonomian kota dan kegiatan hubungan regional yang lebih luas.
- Faktor pola pergerakan, yaitu sebagai akibat dari perkembangan yang disebabkan oleh kedua faktor perkembangan penduduk yang disertai dengan perkembangan fungsi kegiatannya akan menuntut pola perhubungan antara pusat-pusat kegiatan tersebut.