Pengekspresian Dialog – Siswa mampu mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama.

Tujuan
Siswa dapat mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama.
Pengekspresian Dialog
Kawan-kawan bagaimana kabarmu saat ini? Semoga tetap semangat ya! Apalagi kalau ditemani Quipperschool, gaya belajarmu jadi keren banget deh. Oya kawan, masih suka nonton film ga? Kira-kira dialog apa yang terngiang-ngiang dalam benak kalian sampai sekarang? Ingat tidak saat robot dari masa depan di film Terminator yang diperankan Om Arnold itu bilang “I’ll be back.” sambil memasang wajah macho. Kalian juga bisa membayangkan dialog “Di situ kadang saya merasa sedih.” dengan ekspresi memelas dalam beberapa kesempatan. Hebat kan penghayatan mereka?
Di awal pembelajaran drama, kita sudah mengetahui apa itu drama dan bagaimana unsur-unsur drama. Kita mengetahui bahwa inti dari drama terletak pada dialog dan penggambaran tokohnya. Dialog dalam drama diatur sedemikian rupa oleh sang sutradara atau penulis skenarionya. Dengan begitu, pembaca tidak saja perlu memahami isi naskahnya, tetapi juga harus menghayati dan mampu mendialogkannya sesuai dengan karakter tokoh tersebut.
Gaya berdialog seorang calon presiden tentunya akan lain dengan gayanya seorang preman pasar. Tidak mungkin seorang pemimpin negara memakai aksen dialog mencak-mencak di depan publik, sebaliknya tidak masuk akal jika seorang preman pasar berbicara dengan penuh perhatian. Seorang pembaca drama yang baik, dituntut untuk menghidupkan tokoh tersebut secara wajar dan alami. Selain gaya berbicara; keadaan fisik, pakaian, atau cara berhubungan dengan tokoh lain, merupakan cara penggambaran karakter tokoh yang akan diperankan.
Nah, untuk memudahkan kalian dalam memperdalam penghayatan watak tokoh dalam drama, ada baiknya kalian mengetahui beberapa ketentuan dalam dialog drama berikut ini.
1. Dialog harus mendukung peran.
Dalam naskah drama yang baik, penulis naskah beserta sutradara mengatur dialog secara sedemikian rupa agar mencerminkan apa yang tengah terjadi dalam lakon. Dengan begitu, ketika dialog tersebut diperankan akan terungkap pikiran serta perasaan tokoh-tokohnya.
Misalnya:
Viera : Kenapa kau melakukannya, Gery?
Gery : Aku tidak sengaja melakukannya kawan. Aku dijebak!
Viera : Kau tetap harus bertanggung jawab.
Pada cuplikan adegan di atas, tergambar suasana gugup dan khawatir yang dialami oleh tokoh Gery. Hal itu tergambar dari dialog yang dilontarkannya sekaligus tanggapan tokoh lain yang memperkuat karakter sang tokoh.
2. Dialog lebih tertib daripada percakapan sehari-hari.
Dalam sebuah naskah drama yang baik, harus diusahakan kalimat-kalimat dialog yang berisi dan tidak terbuang percuma. Dengan begitu, pada saat diperankan menjadi sebuah adegan pementasan, para tokoh dapat berbicara dengan jelas dan tepat sesuai dengan maksud yang mendukung cerita.
Misalnya:
Angga : Bagaimana?
Kiki : Oke.
Angga : Jadi?
Kiki : Ayo.
Angga : Kapan?
Kiki : Sekarang.
Dalam cuplikan drama di atas, cerita tidak tergambar dengan baik. Waktu pementasan juga akan terbuang percuma dengan dialog sepotong-sepotong seperti itu. Alangkah baiknya jika dialog dipadatkan seperti ini:
Angga : Bagaimana dengan rencana kita waktu itu? Apa kita musnahkan saja bukti itu?
Kiki : Emh.. baiklah aku ikut denganmu. Kita lakukan itu sekarang juga.
Pembaca akan memahami maksud cerita dengan lengkap. Begitupun saat menafsirkannya menjadi sebuah adegan pementasan dengan ekspresi yang tepat.
3. Improvisasi di luar dialog secara wajar.
Para pemain drama bisa saja menambahkan improvisasi pada alur naskah yang telah ditentukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menghidupkan suasana dan menjadikan dialog yang dihasilkan lebih wajar dan alamiah. Akan tetapi, harus dicatat juga agar tidak menambahkan improvisasi secara berlebihan sehingga akan merusak keseluruhan pementasan.
Misalnya:
Naskah
Ibu : (Suara lemah) Saya meminta kebaikan Tuan. Jika kelak saya sembuh, saya akan melunasi semua utang-utang saya. Sumpah.
Pada naskah tersebut, pemain drama (sebagai seorang “ibu” yang banyak utang dan sakit-sakitan) merasa tidak mendapatkan suasana yang mengkhawatirkan dengan dialog tersebut sehingga dia menambahkan improvisasi pada beberapa bagian.
Improvisasi
Ibu : (mencoba duduk, tetapi rebah kembali karena lemah) Saya mohon kemurahan hati, Tuan …. Kalau saya sembuh akan segera melunasinya (batuk-batu) atau, …. Kami akan pindah saja.
Pada contoh improvisasi tersebut digambarkan secara wajar dan alamiah. Tidak ada adegan improvisasi yang berlebihan dan merusak alur cerita keseluruhan.
Poin Penting
Agar lebih mudah dalam mengekspresikan lakonnya, penulis naskah drama melengkapi dialog dengan kramagung (penunjuk laku). Kramagung biasa dicantumkan dengan memakai tanda kurung di tengah-tengah dialog.