Menyunting Isi Teks Cerita Sejarah Berdasarkan Struktur dan Kaidahnya – Dalam pelajaran bahasa Indonesia, kamu akan belajar menulis kembali suatu peristiwa sejarah dalam teks cerita sejarah. Sama halnya dengan buku yang akan diterbitkan, teks yang akan kamu tulis pun harus disunting terlebih dahulu sebelum dipublikasikan dan dibaca oleh orang lain. Maka, kamu harus memahami langkah-langkah menyunting teks cerita sejarah. Pada materi ini, akan dijelaskan langkah-langkah menyunting teks cerita sejarah berdasarkan struktur dan kaidahnya. Simak baik-baik, ya!

Sebagaimana yang sudah dipelajari, teks cerita sejarah memiliki struktur tersendiri, yaitu:
1. Orientasi, yaitu tahap awal teks yang menjelaskan informasi tentang latar belakang situasi cerita sejarah yang diangkat dalam teks. Orientasi lazim disebut sebagai pendahuluan;
2. Urutan peristiwa sejarah, yaitu paragraf inti yang menjelaskan rekaman peristiwa sejarah yang ditulis sesuai urutan waktu terjadinya peristiwa tersebut. Urutan peristiwa sejarah lazim disebut sebagai isi. Isi dapat ditulis dalam beberapa tahapan atau paragraf;
3. Reorientasi, yaitu tahap terakhir yang menjelaskan kembali peristiwa sejarah dan relevansinya dengan situasi saat ini. Tahap ini lazim disebut sebagai penutup.
Setelah memahami struktur teks di atas, kamu dapat mulai menulis suatu cerita sejarah berdasarkan struktur tersebut. Namun sebelum teks dipublikasikan, hal yang harus dilakukan adalah menyunting teks terlebih dahulu.
Pada tahap awal, menyunting teks cerita sejarah dapat dilakukan dengan memperhatikan struktur teksnya. Menyunting teks cerita sejarah berdasarkan strukturnya berarti memeriksa dan memastikan bahwa teks cerita sejarah yang ditulis telah sesuai dengan struktur tersebut.
Apabila, teks cerita sejarah yang disunting memiliki struktur teks yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, kamu perlu memperbaiki teks tanpa mengubah substansi teks tersebut. Kamu perlu menyusun kembali teks sesuai dengan struktur yang seharusnya. Jika harus mengubah redaksi kata atau kalimat, perubahan tersebut tidak boleh mengubah substansi teks tersebut.
Langkah-Langkah Menyunting Teks Cerita Sejarah Berdasarkan Strukturnya
Langkah-langkah yang harus diperhatikan saat menyunting teks cerita sejarah berdasarkan struktur teksnya adalah:
1. Membaca teks cerita sejarah dari awal hingga akhir secara saksama;
2. Menandai paragraf sesuai dengan struktur teksnya, yaitu orientasi, urutan peristiwa sejarah, dan reorientasi;
3. Memastikan teks memiliki struktur yang sesuai dengan kaidah;
4. Memperbaiki struktur teks tanpa mengubah substansi teks tersebut jika teks memiliki struktur yang tidak sesuai dengan kaidah;
5. Menyunting teks berdasarkan bahasa yang digunakannya (dijelaskan dalam materi tersendiri);
6. Mempublikasikan teks cerita sejarah yang telah disunting.
Perhatikan Contoh
Keluhuran Makna Hari Ibu
Semua perempuan dewasa patut disebut ibu, baik perempuan tersebut melahirkan anak maupun tidak. Tuhan yang Maha Adil memberikan karunia pada semua perempuan dengan kodrat keibuannya. Kodrat itulah juga yang seringkali menjadi tenaga bagi perempuan untuk berkiprah luas di masyarakat.
Marilah kita kembali ke sejarah diresmikannya tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Hari Ibu ditetapkan oleh Presiden Soekarno melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Penetapan hari ibu pada 22 Desember diawal dari sebuah pertemuan para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra. Para pejuang perempuan tersebut mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22 sampai 25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil kongres tersebut adalah pembentukan Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Pada Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938, para peserta menyepakati bahwa tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai hari ibu.
Kongres Perempuan Indonesia merupakan wadah untuk menyatukan pikiran dan semangat para pejuang perempuan untuk memperbaiki nasib kaum perempuan. Di dalamnya dibicarakan berbagai isu perempuan, termasuk persatuan perempuan Nusantara dan pelibatannya dalam berbagai perjuangan kemerdekaan. Selain itu, kongres juga mengharapkan adanya keterlibatan perempuan dalam pembangunan bangsa. Pembanguan tersebut dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga.
Penetapan hari ibu sendiri dilatarbelakangi oleh semangat para pahlawan perempuan, seperti: M. Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, dan lain-lain. Para pahlawan perempuan tersebut adalah semangat terbesar para perempuan pada masa itu untuk berjuang bersama dengan laki-laki dalam membangun bangsa, termasuk memperjuangkan kemerdekaan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa hari ibu ditetapkan sebagai simbol perjuangan perempuan. Kata ibu digunakan untuk menghormati para perempuan dalam kapasitas apapun sebagai seseorang yang penuh budi pekerti. Penggunaan kata ibu tidak sekadar merujuk kepada peran biologis, yaitu perempuan yang melahirkan anak saja. Maka, hari ibu perlu dipahami sebagai peringatan terhadap perjuangan seluruh perempuan tanpa dibatasi oleh peran biologisnya. Menunjukkan rasa terima kasih kepada ibu (kandung) pada hari ibu tentu tidak salah sama sekali, namun jangan sampai mereduksi peran perempuan lainnya di dalam masyarakat.
(Oleh: Reza Sukma Nugraha, dari berbagai sumber)
Setelah membaca teks cerita sejarah tersebut secara saksama, dapat dilihat bahwa teks di atas memiliki struktur teks yang sesuai, yaitu orientasiurutan peristiwa sejarahreorientasi. Tahap orientasi pada teks tersebut terdapat pada paragraf pertama, yaitu menjelaskan informasi mengenai perlunya memahami sejarah penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu.
Pada paragraf berikutnya, yaitu paragraf 2 hingga 4, dijelaskan peristiwa mengenai penetapan tanggal 22 Desember sebagai hari ibu. Paragraf tersebut lazim disebut isi pokok teks cerita sejarah tersebut. Penjelasan mengenai sejarah penetapan hari ibu pun dijelaskan secara urut, mulai sejarah penetapan hari ibu, pembentukan Kowani, tujuan Kongres Perempuan Indonesia, dan keterkaitan kongres dengan penetapan hari ibu.
Paragraf terakhir merupakan reorientasi. Pada paragraf 5 dijelaskan bahwa hari ibu yang diperingati jangan dipahami secara salah kaprah karena kata ibu dalam hari ibu tidak sekadar merujuk pada ibu biologis, melainkan kepada para perempuan pada umumnya. Hal ini menguatkan orientasi pada awal teks.
Poin Penting
Menyunting teks cerita sejarah berdasarkan struktur teksnya berarti memeriksa dan memastikan bahwa teks cerita sejarah telah ditulis sesuai dengan struktur teksnya.