Menyunting Bahasa Teks Pantun

Menyunting Bahasa Teks Pantun – Tentu kalian masih ingat materi-materi tentang pantun sebelumnya. Pantun memiliki struktur berikut ini.

Menyunting Bahasa Teks Pantun
Menyunting Bahasa Teks Pantun

1. Pantun terdiri dari 4 larik atau baris
2. Pantun terdiri dari 2 baris pertama yang bernama sampiran dan 2 baris terakhir yang bernama isi.
3. Sampiran pada pantun berfungsi sebagai pengantar isi yang memiliki rima yang sama dengan isi. Sedangkan isi adalah tujuan pantun itu sendiri.
4. Setiap baris pantun tidak boleh kurang dari 8 suku kata dan tidak boleh lebih dari 12 suku kata.
5. Rima pada pantun adalah a-b-a-b

Berkaitan dengan kaidah bahasa, sebagai pantun yang baik harus menggunakan bahasa dengan baik dan benar. Baik menurut tujuan, situasinya dan benar secara tata bahasanya. Baik menurut tujuan dan situasi pemakaian berarti pantun tidak harus kaku bahasanya tetapi dapat menyesuaikan dengan suasananya. Contoh jika kita ingin membuat pantun jenaka atau pantun suka cita, tentunya ragam bahasa yang dipakai bukan ragam bahasa resmi melainkan ragam bahasa pergaulan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyunting pantun adalah sebagai berikut.

a. Jumlah larik dalam bait dan jumlah suku kata dalam setiap larik
Larik terdiri dari 8 sampai 12 suku kata.
Larik menggunakan kalimat yang tidak ambigu.

b. ketepatan pilihan kata dan kesesuaian rima

Dalam pantun diperlukan kesamaan rima sehingga kadang penulis hanya fokus pada pilihan kata yang sama rimanya tanpa mempertimbangkan makna yang dibangun. Contoh:

Pergi ke masjid mencari nafkah
Nafkah untuk membuat rumah
Sudilah kita cepat menikah
Agar hubungan menjadi halal

Pada pantun tersebut kata masjid bukanlah pilihan kata yang tepat karena masjid bukan untuk mencari nafkah melainkan tempat ibadah. Oleh sebab itu, kita bisa menyuntingnya dan mengganti kata masjid menjadi kantor. Selain itu, rima baris ke-2 tidak sesuai dengan rima baris ke-4. Kita harus mencari kata lain yang sesuai rimanya.
Hasil suntingannya bisa seperti berikut ini.

Pergi ke kantor mencari nafkah
Nafkah untuk membuat kapal
Sudilah kita cepat menikah
Agar hubungan menjadi halal

c. ketepatan ejaan
Pantun merupakan teks yang pendek. Pantun tidak memerlukan banyak tanda baca. Namun, kita harus tetap mencermati penggunaan huruf kapital dan khusus pantun pada masa kini, mungkin harus ada kata-kata yang dimiringkan jika terdapat kata-kata asing. Contoh:

Traveling ke kota Paris
Hanya untuk sebuah kunci gembok
Melihat muka adik meringis
lucu nian seperti kodok

Pada pantun jenaka di atas, terdapat kata yang harus dimiringkan yaitu traveling dan juga kata yang harus memakai huruf kapital yaitu kota karena diiringi letak geografis Paris.
Pantun yang sudah disunting sebagai berikut.

Traveling ke Kota Paris
Hanya untuk sebuah kunci gembok
Melihat muka adik meringis
lucu nian seperti kodok

Perhatikan contoh pantun berikut ini

Pergi ke Kota untuk mencari hadiah
Setelah dapat saya membungkusnya
Sukses itu tidaklah mudah
Kerja keras dan sabar dua kuncinya

Mari kita sunting

Jika kita amati, pantun tersebut harus diperbaiki dari segi keefetifan larik dan ketepatan ejaan. Perhatikan larik pertama. Pergi ke Kota untuk mencari hadiah larik tersebut terdiri dari 13 suku kata sedangkan ketentuan pantun adalah setiap larik berjumlah 8 sampai 12 suku kata. Selain itu, pada larik tersebut kata kota ditulis dengan awal kata kapital. Seperti yang kita ketahui, dalam EYD menulisan kota tanpa diikuti nama kota geografis tidak perlu ditulis kapital. Oleh sebab itu, penulisan larik pertama seharusnya sebagai berikut.
Pergi ke kota mencari hadiah Dengan demikian pantun tersebut menjadi benar.

Poin Penting

• Menyunting pantun harus memperhatikan kesesuaian larik, pilihan kata, dan ejaan yang digunakan.
• Menyunting pantun harus memperhatikan makna setiap pilhan kata yang digunakan. Jangan sampai ada kata yang maknanya tidak tepat keberadaannya dalam pantun tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *