Menyunting Bahasa Penggalan Novel – Dalam memahami karya sastra, pengarang dan pembaca perlu memerhatikan penggunaan bahasa dalam karya tersebut. Bahasa memiliki aturan. Apalagi dalam dunia penulisan. Jadi, karya sastra para pengarang bukan hanya dinikmati kisahnya saja tetapi dapat kita pelajari untuk melatih diri agar peka terhadap berbagai kesalahan bahasa. Namun, karya sastra yang sudah diterbitkan pasti sudah mengalami proses penyuntingan dan diperiksa berkali-kali untuk kesesuaian bahasanya. Pembaca dapat menikmati karya sastra tersebut dengan nyaman tanpa harus terganggu dengan berbagai kesalahan dalam berbahasa.

Pada topik kali ini, kita berkesempatan untuk belajar menyunting bahasa dalam penggalan novel. Tidak menutup kemungkinan, buku yang ditulis pengarang masih memiliki kesalahan bahasa dan kesalahan tersebut sering ditemukan oleh pembaca. Proses penyuntingan yang terlalu dikejar waktu dan kurang ketelitian seringkali menjadi penyebabnya. Dengan demikian, mari kita belajar menyunting bahasa terutama dalam pengggalan novel ini dengan memerhatikan keteraturan, ketelitian, dan tentu saja ketentuan dalam tata baku bahasa Indonesia.
Lalu, bagaimana cara menyunting bahasa dalam penggalan novel?
Pada dasarnya, proses penyuntingan dalam penggalan novel sama dengan proses penyuntingan yang pernah dipelajari dalam materi atau topik penyuntingan lainnya. Kita perlu cermat untuk melihat kesalahan-kesalahan berbahasa dan memperbaikinya, mulai dari ejaan sampai kelogisan dalam penyusunan kalimat atau paragraf.
Agar lebih jelas, coba bacalah penggalan novel berikut ini dengan cermat.
Beberapa waktu sebelumnya, ada pemuda lain yang juga menyatakan diri menyukai irewa. malom wos namanya. Irewa sudah tolak cintanya. Irewa tak menyukai orang seperti malom. Entah mengapa. Tak suka saja. Apalagi malom seperti tak tahu malu. Sudah ditolak, ia masih mencoba melamar lagi dan lagi. Dipesta tari beberapa hari lalu, ia juga melihat malom ada di kerumunan banyak orang. Lalu secara tak sengaja irewa bertemu dengan malom di jalan menuju pulang. Tempat itu sepi. Saat itu ia sudah pisah dengan teman-temannya sesama perempuan.
Saat membaca penggalan novel tersebut, adakah kesalahan bahasa dalam penggalan novel itu?
Jika dibaca dengan cermat, kita pasti dapat melihat kesalahan penulisan dalam penggalan novel tersebut. Kesalahan penulisan yang tidak diperbaiki akan berpengaruh terhadap bahasa dalam novel tersebut. Makna yang disampaikan tidak utuh kepada pembaca dan kesalahan penulisan yang tidak dibiarkan dalam buku atau media massa lama-lama menjadi aturan yang dianggap benar bagi seseorang yang belum tahu tentang aturan-aturan dalam bahasa dengan baik.
Kesalahan yang dapat dilihat dari penggalan novel tersebut adalah penulisan huruf kecil untuk nama tokoh. Nama harus ditulis dengan huruf besar atau huruf kapital yang menjadi huruf pertama pada unsur-unsur nama orang. Jadi, Irewa dan Malon Wos harus diawali dengan huruf besar. Selain itu, kesalahan dapat dilihat dari penggunaan kata di pada kata dipesta, yang seharusnya dipisah karena di pada kata tersebut bukanlah imbuhan tetapi kata depan.
Di samping itu, ada kesalahan pada penggunaan kata tolak dan pisah. Mari kita perhatikan kalimatnya.
Irewa sudah tolak cintanya.
Saat itu ia sudah pisah dengan teman-temannya sesama perempuan.
Kata dasar tolak dan pisah perlu menggunakan imbuhan untuk memberikan makna yang lengkap. Tolak perlu diperbaiki menjadi menolak untuk menunjukkan Irewa yang melakukan penolakan atau tidak menerima cinta Malom. Begitu pula dengan pisah, perlu disertai dengan imbuhan ber- menjadi ber¬pisah.
Poin Penting
Penyuntingan bahasa dalam penggalan novel dilakukan seperti proses penyuntingan teks pada umumnya. Pertama, kita perlu membaca dengan cermat. Kedua, kita perlu teliti dalam melihat kesalahan berbahasa seperti ejaan, penulisan kata, kelogisan kalimat, dan sebagainya. Keempat, pahamilah dengan benar tata baku bahasa Indonesia dan gunakan pula buku referensi untuk membantu proses penyuntingan, seperti kamus, EYD¸ dan sebagainya.