Menyunting Bahasa Cerita Pendek

Menyunting Bahasa Cerita Pendek – Pada pelajaran sebelumnya, kita mengetahui bahwa cerpen adalah bentuk prosa naratif dengan bahasa yang menarik. Untuk membuatnya menarik dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan menggunakan bahasa kiasan, menggunakan bahasa yang ringan seperti percakapan sehari-hari, atau menyisipkan istilah-istilah asing.

Menyunting Bahasa Cerita Pendek
Menyunting Bahasa Cerita Pendek

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa penulisan cerpen mengindahkan aturan penulisan sama sekali. Diksi atau pemilihan kata pun tetap harus diperhatikan agar menghasilkan teks yang padu dan sesuai dengan konteks cerita. Untuk itu, perlu kita ketahui beberapa kaidah penulisan yang baik dan benar. Berikut ini adalah beberapa kaidah penulisan yang sesuai dengan Ejaan yang Disempurnakan yang perlu diperhatikan.

Menyunting Bahasa Cerita Pendek

Perhatikanlah!

Huruf Kapital
1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya: Saya berangkat sekolah

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Reno berkata, “Saya sudah pulang“

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya:
Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Quran, Weda, Islam,Kristen

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Sultan Tirtayasa, Haji Sueb, Nabi Isa.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia diangkat menjadi anak angkat pak haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
Wakil Presiden Budiono
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat. Misalnya:Dia menjabat jadi gubernur sejak tahun lalu

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
Misalnya: Bayu Setiawan.

7. Huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa. Misalnya: bangsa Jerman, suku Batak, bahasa Indonesia

8. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya:
mengindonesiakan kata asing

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: bulan Agustus, hari Natal, Perang Badar,
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945.

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Bandung, Danau Toba, Gunung Bromo.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlabuh ke teluk, mandi di danau
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis. Misalnya: pisang thailand, kecap inggris

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya: Republik Irlandia, Dewan Permusyawaratan Rakyat, Departemen Agama

12. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:
menjadi sebuah republik

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya:
Saya telah menonton film Adit dan Jani.

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya:
“Mari masuk, Dik!” kata Rena.

15. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:
Hargailah bapak dan ibu!.

16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?

Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk:
1. menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Ayah meraih Kompas di atas meja.
2. menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Namanya Yvette, diawali dengan y, bukan i.
3. menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang sudah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:
Belanda menjalankan politik devide et impera.

Mari menyunting!

Perhatikan penggalan cerita di bawah ini!
Pria tua itu tampak gelisah. Keringat dingin membasahi peluhnya. Berkali-kali ia melirik nomor antrian yang dipegangnya. Apotik di penuhi pasien-pasien dan keluarganya yang hendak menebus obat membuat udara didalam ruang tunggu itu terasa pengap. Diluar hujan.
Pembahasan:
Pada teks di atas, terdapat beberapa kesalahan berbahasa, yaitu (1) terdapat kata-kata yang tidak baku (antrian, apotik); (2) kesalahan penulisan kata berimbuhan (di penuhi); dan (3) kesalahan penulisan kata depan (didalam, diluar)
Bentuk setelah diperbaiki:
Pria tua itu tampak gelisah. Keringat dingin membasahi peluhnya. Berkali-kali ia melirik nomor antrean yang dipegangnya. Apotek dipenuhi pasien-pasien dan keluarganya yang hendak menebus obat membuat udara di dalam ruang tunggu itu terasa pengap. Di luar hujan.

Poin penting

Pada pelajaran kali ini, kita dapat memahami bahwa meskipun cerita pendek merupakan bentuk prosa bebas, penulisan teks tetap harus mematuhi aturan Ejaan yang Disempurnakan seperti kaidah penulisan huruf, tanda baca, kata depan, dan kata berimbuhan. Diksi yang digunakan pun harus sesuai dengan konteks cerita agar menghasilkan cerita yang padu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *