Langkah Menulis Kritik dan Menyunting Kritik

Langkah Menulis Kritik dan Menyunting Kritik – Siswa paham prinsip-prinsip kritik dan bisa mempraktikkannya dalam menulis kritik.

Langkah Menulis Kritik dan Menyunting Kritik
Langkah Menulis Kritik dan Menyunting Kritik
section-media

(sumber gambar: photobucket.com)
Pada topik sebelumnya, kalian sudah mengetahui pengertian teks kritik, ciri dan fungsinya. Secara etimologi kritik berasal dari bahasa Yunani krites yang bermakna ‘seorang hakim’, krinein yang bermakna ‘menghakimi’, dan kriterion yang bermakna ‘dasar penghakiman’. Dengan demikian, kritik berarti melakukan evaluasi, meneliti, dan menilai.

Pada topik kali ini, kalian akan belajar membuat teks kritik tersebut. Ingatlah kembali ciri-cirinya yang harus mengandung data/fakta, simpulan, evaluasi, dan penilaian.

Langkah Membuat Kritik

1. Langkah pertama yang harus kita lakukan dalam mengkritik karya sastra adalah dengan menentukan penyair/pengarang atau karya sastra yang kita anggap menarik. Kesukaan dan ketertarikan kita terhadap satu pengarang atau satu karya sastra akan membuat kita lebih mudah dalam menulis kritiknya.

2. Hal yang kedua adalah dengan memahami struktur karya yang telah kita pilih. Prosa memiliki unsur yang terdiri atas unsur intrinsik dan ekstrinsik. Jika yang dikritik adalah puisi, kita harus memahami unsur-unsur fisik dan batin puisi. Struktur fisik puisi terdiri atas diksi, pencitraan, kata konkret, majas, dan bunyi, sedangkan struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, dan amanat.

3. Lakukan penilaian berdasarkan unsur-unsur tersebut secara objektif dengan menampilkan dua penilaian, yaitu kelebihan dan kekurangannya. Selain melalui unsur-unsurnya, penilaian juga dapat dilakukan berdasarkan sisi kepengarangan. Namun, dalam hal menilai dari sisi kepengarangan, sastrawan seperti Sapardi Joko Damono mengatakan bahwa menilai dari sisi kepengarangan tidaklah adil karena baginya, karya sastra dan pengarang adalah dua entitas yang berbeda. Gunakanlah metode penelitian yang paling dikuasai.

Perhatikan!

Berikut adalah contoh kritik sastra tentang puisi Rendra yang berjudul “Rumpun Alang-alang”

Kesenian adalah semacam petualangan untuk menjelajah daerah kesadaran manusia sampai batas paling jauh dengan berusaha mencari dan mengolah kemungkinan-kemungkinan baru yang terdapat di dalamnya. Rendra sendiri mengatakan bahwa dalam mencari dan memberi bentuk baru harus ada kecenderungan dasar bahwa pembaharuan dilakukan karena yang lama sudah tak lagi mampu menampung kkebutuhan baru. Inilah yang dikatakannya otentik.

Inilah yang saya temukan dari puisi-puisi Rendra. Ekspresi yang dia tuangkan adalah keotentikan dirinya dalam menggali kesadaran diri sebagai seorang manusia. Dalam sajak “Rumpun Alang-alang” melalui pembacaan sekilas, kita sedikit memahami maksud romantismenya, tetapi bukan sisi romantisme yang ingin digali Rendra.
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia
dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
tapi alang-alang tumbuh di dada

~ W.S Rendra ~

Baris pertama bait pertama puisi memang ditunjukkan bagi perempuan terkasih. Secara makna, ini memang mengandung denotasi sesuai dengan kebiasaan Rendra yang sering bermain lugas pada banyak puisi-puisinya. Akan tetapi, beranjak ke baris kedua, Rendra mulai bermain dengan gaya bahasa kias.

Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang

Pada bagian yang dicetak tebal di atas, kita perhatikan munculnya dua majas, yaitu personifikasi (sepi yang jahat) dan metafora (alang-alang). Dalam kata sepi yang jahat Rendra mencoba menekankan bahwa kesepian terkadang menciptakan hal-hal yang negatif. Salah satu hal yang ingin ditekankan adalah munculnya alang-alang. Metafora ini sepertinya menggambarkan perasaan Rendra dalam posisinya sebagai seorang pria yang kesepian. Untuk memahaminya, lihatlah diksi-diksi yang digunakan dalam menjelaskan makna alang-alang: akar-akarnya yang gatal, gelap, lembut dan nakal, dan berbunga dosa. Setiap diksi yang digunakan memiliki nilai rasa negatif. Ungkapan ini dapat bermakna sesuatu yang mengganggu Rendra dan gangguan ini bermakna godaan atas hadirnya wanita lain atau bisa juga godaan dunia. inilah sebabnya Rendra mengungkapkannya dengan diksi berbunga dosa sehingga ia harus meninggalkan kekasihnya (baris pertama).

Penulisan puisi yang kaya akan lambang-lambang memang akan membuat pembaca sulit memaknai apa yang dirasakan penyair. Akan tetapi, ini adalah hal lumrah bagi setiap penyair yang memang seringkali menggunakan bahasa yang aneh, unik, atau otentik. Bisa saja kita menemukan dua puisi yang menjelaskan hal yang sama, tetapi diungkapkan dengan cara yang berbeda.
– Muhammad Irfan Sulista –

Poin Penting

Dalam menulis kritik, terdapat tiga hal pokok dalam kritik. Ketiga hal ini harus kita lakukan agar kritik yang kita buat dapat memenuhi fungsi kritik sastra:
1. menganalisis
2. menafsirkan
3. menilai
Langkah yang harus kita lakukan adalah sebagai berikut.
1. menentukan penyair/pengarang atau karya sastra yang kita anggap menarik.
2. memahami struktur karya yang telah kita pilih
3. Lakukan penilaian berdasarkan unsur-unsur tersebut secara objektif dengan menampilkan dua penilaian, yaitu kelebihan dan kekurangannya.

Menyunting Kritik

Pada materi sebelumnya, kita telah memahami apa pengertian teks esai dan kritik dan bagaimana cara menyusun teks tersebut. Kali ini kita akan mencoba melakukan penyuntingan terhadap kedua teks tersebut.

Dalam hal penyuntingan, setiap penulisan dalam ragam resmi/formal harus mengikuti kaidah kebakuan. Kebakuan yang dimaksud adalah taat pada aturan keefektifan kalimat dan pada EYD (Ejaan yang Disempurnakan). Pembahasan akan kita bagi menjadi dua bagian. Pada materi kali ini kita akan mempelajari cara menyusun kalimat efektif lalu pada materi berikutnya akan kita bahas penulisan berdasarkan EYD.

Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara efektif tanpa menimbulkan kesalahpahaman atau kesalahpengertian. Ada beberapa syarat untuk membuat sebuah kalimat menjadi efektif, yaitu kepaduan, kelogisan, dan kehematan.

A. Kepaduan

Kepaduan akan tercipta jika dalam satu kalimat terdapat struktur yang lengkap. Sebagian besar kalimat dikatakan memiliki struktur yang lengkap jika minimal memiliki subjek dan predikat. Untuk memahami syarat kepaduan, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang disebut dengan subjek dan predikat pada suatu kalimat.
Subjek adalah hal yang dibahas dalam suatu kalimat. Subjek dapat berupa makhluk hidup, benda asbtrak, benda konkret, pengertian, bahkan subjek dapat berupa suatu tindakan(kata kerja). Subjek dapat ditemukan dengan pertanyaan apa/siapa yang dibahas.
Contoh
1. Subjek berupa kata benda
Planet(S) berputar(P) mengikuti porosnya(O).

2. Subjek berupa kata ganti orang
Dia(S) sangat mencintai(P) istrinya(O).

3. Subjek berupa kata kerja
Belajar(S) adalah(P) kesukaannya(P).

Predikat adalah hal yang menjelaskan subjek. Sebagian besar predikat terbentuk dari kata kerja walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa predikat bisa berupa kata sifat, kata bilangan, atau kata ganti. Predikat yang berjenis kata kerja atau verba memiliki dua kategori: verba transitif dan verba intransitif. Verba transitif adalah verba yang membutuhkan kehadiran objek. Verba ini dapat berubah menjadi verba pasif. Verba intransitif adalah verba yang tidak memerlukan kehadiran objek. Verba jenis ini tidak dapat dipasifkan.

Contoh
1. Predikat sebagai kata kerja
1.A kata kerja transitif

Budi(S) mengerjakan(P) tugasnya(O).

Apa yang dikerjakan Budi? Jawabannya adalah mengerjakan dan inilah yang kita sebut predikat. Kata kerja mengerjakan dapat diubah menjadi bentuk pasif, yaitu dikerjakan. Verba yang dapat diperlakukan seperti ini disebut verba transitif dan wajib menghadirkan O setelahnya.

Adik (S)membicarakan(P) tentang pengalamannya.(K)

Kalimat di atas tidak efektif karena tidak adanya fungsi objek setelah predikat. Kesalahan ini muncul karena kehadiran kata depan tentang. Verba transitif tidak menghendaki kata depan setelahnya sehingga kata tersebut harus dibuang.

1.B Kata kerja intransitif

Irfan (S) bercerita(P) tentang kisah itu.(K)

Verba bercerita termasuk ke dalam verba intransitif kata setiap verba berawalan ber- tak dapat dipasifkan. Demikian pula dengan verba menjadi, merupakan, menyanyi termasuk juga ke dalam intransitif karena tidak dapat dipasifkan. Tidak ada bentuk kata dijadi, dirupakan, dan dinyanyi.

2. Predikat sebagai kata sifat

Alam ini(S) begitu indah.(P)

Apa yang dibahas dalam kalimat tersebut? Alam ini adalah kata yang dibahas sehingga ia berfungsi sebagai subjek dann ada apa dengan alam ini? Jawabannya adalah begitu indah. Itulah yang kita sebut dengan predikat. Dari contoh di atas, predikat tidaklah selalu kata kerja, tetapi bisa kata sifat.

Subjek dan predikat seperti pada contoh-contoh di atas harus selalu muncul dalam setiap kalimat. Akan tetapi, terkadang masyarakat Indonesia, tanpa disadari, menghilangkan kedua fungsi tersebut. Hilangnya dua fungsi tersebut disebabkan oleh kehadiran kata depan yang salah penggunaan.

Perhatikan contoh berikut!

Dalam pertemuan itu (K)membicarakan(P) masalah negara.(O)

Perhatikan bahwa kalimat di atas tidak memiliki fungsi subjek di dalamnya. Hal ini disebabkan munculnya kata depan dalam. Kata depan/kata hubung bertingkat setiap kali digunakan akan selalu membentuk fungsi keterangan. Jadi, agar kalimat di atas menjadi efektif, kita perlu menghilangkan kata dalam agar frasa pertemuan itu menjadi subjek.
Contoh kata depan yang lain yang perlu diperhatikan penggunaannya adalah di, ke, dari, pada, kepada, daripada, dengan, untuk, tentang, mengenai, bagi. Jangan pernah menggunakan kata-kata tersebut tepat di depan subjek kecuali jika memang ada keterangan di depannya.
Contoh

Dengan cara itu(K), ia(S) berhasil(P) menyelesaikan masalah(Pel.). (efektif)

Bagi siswa yang belum membayar SPP(K) harap menemui(P) Kepala TU(O). (tidak efektif)

B. Kelogisan

Logis adalah masuk akal. Penalaran ini akan tercipta jika ada hubungan yang jelas antara subjek dan predikat. Perhatikanlah contoh kalimat yang sering kita dengar berikut.

Sebelum acara dimulai(K), yang membawa alat komunikasi(S) harap dimatikan(P).

Cermatilah bahwa subjek kalimat tersebut adalah yang membawa alat komunikasi bukan alat komunikasi sehingga yang harap dimatikan adalah yang membawa alat komunikasi. Tentu saja hal ini terdengar tidak masuk akal. Kalimat yang tepat seharusnya

Sebelum acara dimulai,(K) alat komunikasi(S) harap dimatikan(P).

C. Kehematan

Hemat berarti tidak boros. Kehematan dalam kalimat terjadi ketika tidak ada kata bermakna sama yang digunakan secara bersamaan. Kata-kata yang dimaksud dan sering kita gunakan adalah sangat…sekali…, hanya…saja, maju ke depan, atau para Bapak-bapak. Kata-kata tersebut tidak boleh lagi kita gunakan dalam ragam resmi. Begitu pula dengan penggunaan kata dari. Menurut KBBI makna kata tersebut adalah’asal’ dan ‘sejak’. Ketika digunakan dengan makna yang salah, biasanya kata ini akan menciptakan pemborosan. Contohnya adalah sebagai berikut.

Segala keputusan dari rapat ini akan kita laksanakan sekarang juga.

Poin Penting

Ada banyak syarat dalam membentuk kalimat efektif, tetapi dalam materi ini, tiga syarat berikut cukup untuk membentuk kalimat efektif dan berguna dalam menyunting teks kritik.
1. Kepaduan
2. Kelogisan
3. Kehematan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *