Langkah Konversi Teks Cerita Pendek Menjadi Teks Drama Pendek – Siswa diharapkan dapat mengambil pelajaran serta mampu mengonversi teks cerita pendek menjadi teks drama sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.

Jenis karya sastra pada pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang sudah kita ketahui, antara lain: cerita pendek dan drama.
Cerita Pendek
Cerita pendek biasa kita sebut cerpen. Cerita pendek adalah karya sastra tulis yang panjangnya lebih pendek dari novelet. Biasanya ditulis ke dalam empat sampai lima halaman saja.
Drama
Drama adalah suatu jenis karya sastra yang dipertunjukkan. Teks drama merupakan teks panduan yang digunakan di dalam sebuah pertunjukan drama. Teks drama bisa juga disebut skenario atau naskah drama.
Langkah-langkah Mengonversi Teks Cerpen Menjadi Teks Drama
Mengonversi teks cerpen menjadi teks drama adalah kegiatan mengubah cerpen menjadi sebuah naskah/skenario drama. Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan ketika hendak mengonversi teks cerpen menjadi naskah drama, antara lain:
• bacalah dan simak dengan baik cerpen yang akan dikonversi;
• kaji isi cerpen berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsiknya;
• ubah cerpen ke dalam bentuk penulisan naskah/skenario drama.
Contoh Cerpen
Bacalah dan simak dengan baik penggalan cerpen berikut ini!
Bujang
….
Si bujang datang membawa satu helai rambut digenggaman tangannya. Panjang rambut itu kira-kira 20cm. Berwarna pirang keemasan. Dan dia masuk ke dalam rumah yang sepertinya sudah lama kosong. Rumah itu terlihat hanya sebuah gubuk saja. Berbahan bilik bambu yang mulai usang dilihat dari kejauhan.
“Lupa aku. Tadi Mbah menyuruh membawa rambutnya berapa helai, toh?” tanyanya pada seseorang yang sekarang ada di hadapannya.
“Hmmm… satu saja sudah cukup. Cukup tahu aku tentang Si Ros itu. Kemari!” jawab orang tua paruh baya yang berambut jabrig tak terurus, menyuruh Si Bujang agar sedikit mendekat ke hadapan dirinya sekarang juga.
Suasana malam mencekam. Angin mendesir dari luar cukup hebat.
Goprak, goprak, goprak!
Jendela buka-tutup karena angin. Si bujang terkesiap melihat suasana malam itu di dalam rumah si Mbah.
Mulut Mbah komat-kamit setelah menerima sehelai rambut yang dibawa Si Bujang. Sementara, Si Bujang melohok melihat tingkah Si Mbah menggerakan-gerakan badan tak karuan. Bau kemenyan menusuk hidungnya. Tak lama.
“Bagaimana, Mbah?” tanya Si Bujang. Berharap hasil yang akan dikabarkan Si Mbah membawa kesenangan di hatinya nanti.
“Hhmmm…,” Si Mbah hanya mendehem. Matanya masih tertutup.
Sedangkan sang klien yang sedang menunggu sudah tidak cukup sabar. Si Mbah sesekali terlihat membuka mata. Mengerjap. Melihat nampan yang berada di atas meja kerjanya. Di depan Si Bujang yang sedang duduk bersila.
“Ba… ba… bagaimana, Mbah?” kembali tanya Si Bujang.
“Hmmm …. Hmmm ….” Deheman Si Mbah malah semakin keras saja sembari mengerjap-ngerjapkan mata yang tak lain agar dia bisa memastikan nampan akan terisi. Ternyata gerak Si Mbah mengisyaratkan sesuatu pada Si Bujang. Tak lama kemudian Si Bujang cengar-cengir di hadapan Si Mbah.
“Hehehe… Eh, Mbah, maaf saya enggak punya duit,” ujarnya sembari cengengesan.
Gelegar suara petir dari kejauhan. Si Bujang terloncat dari tempat duduknya karena dikejutkan suara itu dan ditambah tak kalah menggelegarnya suara Si Mbah yang menyuruhnya angkat kaki dari pondok indahnya itu.
Tertatih-tatih Si Bujang. Terbirit-birit melarikan diri. Sampai-sampai mata pemuda itu seperti dibutakannya oleh sihir. Bagaimana tak dibilang buta, pintu di depan matanya saja seperti tak terlihatnya. Malah keluar dari gubuk itu dengan menabrakan diri ke daun jendela yang dari tadi tutup-buka dihantam angin.
….
(cerpen oleh: Rangga Ruth)
Kajian Cerpen “Bujang”
• Alur: maju
• Tokoh utama: Si Bujang
• Tokoh tambahan: Si Mbah
• Latar tempat: suasana pedesaan; di gubuk tua
• Latar waktu: malam hari saat hujan deras
• Sudut pandang: orang ketiga dengan penggunaan kata ganti dia
Konversi Teks Cerpen “Bujang” Menjadi Teks Drama
(Hujan sedang deras disertai gemuruh suara petir. Hembusan angin menerpa daun jendela begitu kencang. Si Bujang memasuki gubuk si Mbah sedikit ketakutan)
SI BUJANG
(Sembari menggenggam beberapa helai rambut perempuan)
Lupa aku. Tadi Mbah menyuruh membawa rambutnya berapa helai, toh?
SI MBAH
Hmmm… satu saja sudah cukup. Cukup tahu aku tentang Si Ros itu.
(Melambaikan tangan)
Kemari cepat!
(Suara angin semakin kencang. Terdengar bunyi daun jendela yang tertiup angin, berulang kali)
SI BUJANG
(Kedinginan dan ketakutan. Lalu memberikan beberapa helai rambut kepada si Mbah)
SI MBAH
(Mulut komat-kamit seperti membaca mantra; mata mengerjap-ngerjap; sesekali matanya mengintip ke arah nampan; tangan menaburkan kemenyan di atas tungku api)
SI BUJANG
Bagaimana, Mbah?
SI MBAH
(Berdeham; mata mengerjap-ngerjap; sesekali matanya mengintip ke arah nampan)
SI BUJANG
(Waswas; gelagapan)
Ba… ba… bagaimana, Mbah?
(Melihat mata Si Mbah; lalu memperhatikan dan mengikuti gerak matanya; melihat nampan; tak lama cengengesan)
Eh, Mbah, maaf saya enggak punya duit.
(Gelegar suara petir sangat keras. Embusan angin kencang menerpa daun jendela berulang kali)
SI MBAH
(Sangat marah; emosi)
PERGI…!
SI BUJANG
(Bangkit tertatih-tatih; lari terbirit-birit lalu meloncati jendela)
SELESAI
Poin Penting
• Perhatikan dan kenali unsur intrinsik dan ekstrinsik cerpen sebelum mengonversikannya menjadi naskah drama atau teks drama.
• Aturan main dalam sebuah pertunjukan drama bisa kita lihat dari naskah drama itu sendiri.