Kalimat Mayor dan Kalimat Minor – Siswa memahami perbedaan kalimat mayor dan minor, serta penggunaannya dalam teks negosiasi, baik secara lisan, maupun tulisan.

Dalam materi ini, kita akan mempelajari kalimat mayor dan minor serta penggunaannya dalam teks negosiasi. Teks negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial dua pihak atau lebih yang bertujuan mencari kesepahaman antara kedua belah pihak. Dalam interaksi tersebut, partisipan bisa menggunakan aneka pola kalimat. Pada praktiknya, kalimat mayor dan kalimat minor sering digunakan oleh partisipan.
Kalimat mayor adalah kalimat yang mengandung dua unsur gramatikal atau lebih. Dua unsur gramatikal tersebut bisa terdiri atas subyek dan predikat, contohnya:
• Kami sekeluarga pergi.
• Ratna menulis.
Unsur gramatikal yang lebih dari dua bisa terdiri atas subyek, predikat, dan obyek. Namun demikian, unsur tersebut bisa juga terdiri atas subyek, predikat, dan keterangan, atau bahkan subyek, predikat, obyek, dan keterangan, contohnya:
Adapun kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur gramatikal. Satu unsur itu bisa terdiri hanya subyek saja, predikat saja, atau keterangan saja, contoh:
• Makan!
• Sudah pulang!
• Ke Bandung.
Kalimat minor dapat dikatakan kalimat yang tidak lengkap. Kalimat itu menghilangkan unsur gramatikal lainnya sehingga kalimat menjadi lebih singkat. Kalimat minor merupakan kalimat jawaban atau tanggapan atas kalimat sebelumnya, contoh:
• (1) Budi sedang apa, Bu?
(2) Makan!
Kalimat (2) merupakan jawaban atas kalimat pertama. Jika kalimat itu dilengkapi, maka kalimat (2) adalah:
Namun, kalimat itu disingkat dengan menghilangkan unsur gramatikal lainnya sehingga menjadi:
• Makan!
P
Contoh lainnya misalnya:
(1) Berapa harga mangga ini sekilo Pak?
(2) Rp 20.000
(3) Mahal!
(4) Bisa kurang?
Kalimat (2), (3), dan (4) merupakan kalimat minor karena hanya terdiri dari satu unsur gramatikal. Apabila kalimat (2), (3), dan (4) dibuat menjadi kalimat yang mayor, kalimatnya menjadi:
Harga mangga ini sekilo adalah Rp 20.000. Harga mangga ini mahal.
Apakah harga mangga ini bisa kurang?
Kalimat mayor dan minor dapat dijumpai pada berbagai macam teks, termasuk pada teks percakapan atau dialog. Salah satu contoh teks dialog adalah teks negosiasi. Kita lihat penggunaan kalimat mayor dan minor pada teks negosiasi di bawah ini. Negosiasi dilakukan antara penjual buah dan pembelinya.
Pembeli : (1) Berapa jeruk medan sekilo, Bang?
Penjual Buah : (2) Rp 25.000, Bu.
Pembeli : (3) Mahal, Bang! (4) Bisa kurang?
Penjual Buah : (5) Wah, sudah murah, Bu. (6) Ibu bisa tanya penjual lain. (7) Warung ini paling murah, Bu.
Pembeli : (7) Kurangi ya, Bang?
Penjual Buah : (8) Kalau Ibu mau, saya turunkan harganya jadi Rp 23.000, Bu. (9) Tidak bisa kurang lagi!
Pembeli : (10) Jadi, Bang. (11) Saya ambil 2 kg jeruk medan.
Pada teks di atas, kalimat yang temasuk kalimat mayor adalah kalimat (6), (7), (8), dan (11). Kalimat-kalimat tersebut memiliki lebih dari satu unsur gramatikal.
Adapun yang termasuk kalimat-kalimat minor adalah kalimat (2), (3), (5), (6), (7), dan (10). Kalimat-kalimat tersebut hanya memiliki satu unsur gramatikal, contoh:
(3) Mahal, Bang!
P
Kalimat (3) menghilangkan unsur gramatikal lainnya. Kalimat (3) yang lengkap adalah sebagai berikut.
(Harga jeruk medan ini) mahal, Bang!
Namun unsur gramatikal yang di dalam kurung itu dihilangkan.
Poin Penting
Kalim4t Mayor dan minor dapat dijumpai dalam berbagai teks, termasuk pada teks yang berkaitan dengan teks percakapan atau dialog. Salah satu bentuk dari teks dialog adalah teks negosiasi. Kalimat mayor dan minor digunakan pada teks negosiasi. Teks negosiasi adalah teks yang berisi proses tawar menawar untuk memutuskan sesuatu hal. Menggunakan kalimat minor dan mayor pada teks negosiasi haruslah runtut, tepat, dan santun dalam menyampaikannya.