Jenis-Jenis Puisi Baru

Jenis-Jenis Puisi Baru – Siswa memahami jenis-jenis puisi baru.

Jenis-Jenis Puisi Baru
Jenis-Jenis Puisi Baru

Perhatikan gambar berikut ini!

Siapakah sosok dalam gambar tersebut?

A. Sutan Takdir Alisyahbana
B. Amir Hamzah
C. Armijn Pane

Dia adalah salah seorang sastrawan yang dikenal sebagai pendiri majalah Poedjangga Baroe. Sastrawan yang juga pahlawan nasional Indonesia ini lahir di Tanjung Pura, Langkat, 28 Februari 1911 dan meninggal dalam usia 35 tahun. Majalah Poedjangga Baroe sendiri merupakan majalah sastra yang menjadi tonggak sejarah kebangkitan sastra Indonesia. Setelah majalah tersebut lahir, kesusastraan Indonesia memasuki era baru yang dikenal dengan periode Pujangga Baru. Pada periode ini, karya sastra Indonesia mengalami perkembangan, baik dari segi isi maupun bentuk. Salah satunya dapat dilihat pada genre puisi. Periode ini melahirkan bentuk puisi yang dikenal dengan puisi baru.

Ya, jawabannya adalah Amir Hamzah!

Untuk mengetahui apa itu puisi baru dan apa saja jenis-jenisnya, simak pembahasan materi berikut ini.

Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang tersusun dari bahasa yang indah dan padat makna. Puisi terdiri atas beberapa baris yang disebut dengan bait. Perbedaan puisi dengan karya sastra lainnya, seperti prosa atau drama, adalah bahasa yang digunakan di dalam puisi cenderung berirama dan berbunyi indah, misalnya memiliki persamaan bunyi di setiap akhir baris. Persamaan bunyi di akhir baris tersebut disebut dengan rima.

Berdasarkan perkembangan sastra Indonesia dari masa ke masa, dikenal beberapa macam puisi. Secara umum, puisi terdiri atas puisi lama, puisi baru, dan puisi kontemporer. Puisi lama adalah puisi yang terikat dengan beragam aturan fisik dan biasanya disebarkan secara lisan. Puisi baru adalah puisi yang memiliki bentuk yang memiliki pola yang lebih fleksibel daripada puisi lama. Adapun puisi kontemporer atau biasa disebut puisi bebas adalah puisi yang tidak terikat dengan aturan apapun.

Puisi baru dikenal pada masa Pujangga Baru, yaitu suatu periode kesusastraan Indonesia yang dimulai pada tahun 1933. Pada periode ini, beberapa tradisi sastra lama diperbarui, termasuk dalam penulisan puisi. Jika pada periode sebelumnya (dikenal dengan periode Balai Pustaka), puisi masih didominasi puisi lama berupa pantun, mantra, atau gurindam, maka pada periode ini dikenal adanya puisi baru. Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat secara ketat terhadap aturan namun masih memperhatikan kaidah-kaidah estetika puisi, seperti rima serta jumlah baris dan bait.

Berdasarkan bentuknya, jenis-jenis puisi baru adalah sebagai berikut.

1. Distikon, yaitu puisi yang terdiri atas dua baris seuntai. Distikon berima sama atau a-a. Contoh:

Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal

Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

(Or. Mandank)

2. Terzina, yaitu puisi yang terdiri atas tiga baris seuntai. Terzina berima a-a-a, a-a-b, a-b-c, atau a-b-b. Contoh:

Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana

Dalam bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

(“Madah Kelana”, Sanusi Pane)

3. Kuatren (quatrain), yaitu puisi yang terdiri atas empat baris seuntai. Kuatren berima a-b-a-b, a-a-a-a, atau a-a-b-b. Contoh:

Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menhilang muncul jua
Yang dulu sinau silau

Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu sendu

(A. M. Daeng Myala)

4. Kuin (quint), yaitu puisi yang terdiri atas lima baris seuntai. Quint berima a-a-a-a-a. Contoh:

Hanya kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada Tuan
Yang pernah merasakan

Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada Tuan
Yang pernah diresahgelisahkan

Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada Tuan
Yang enggan menerima kenyataan

(Or. Mandank)

5. Sekstet (sextet), yaitu puisi yang terdiri atas enam baris seuntai. Sektet tidak memiliki aturan rima sehingga penyair bebas menentukan bunyi akhir setiap baris puisinya. Contoh:

Merindu bahagia
Jika hari t’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terbatas
Menangis hati diiris sedih

(Ipih)

6. Septima, yaitu puisi yang terdiri atas tujuh baris seuntai. Sama halnya dengan sektet, septima tidak memiliki aturan rima sehingga penyair bebas menentukan bunyi akhir setiap baris puisinya. Contoh:

Indonesia Tumpah Darahku

Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya

(Muhammad Yamin)

7. Oktaf, yaitu puisi yang terdiri atas delapan baris seuntai. Oktaf disebut juga stanza. Sama halnya dengan sektet dan septima, oktaf tidak memiliki aturan rima. Contoh:

Awan

Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi serasa berangan
Bertambah lama lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

(Sanusi Pane)

8. Soneta, yaitu puisi yang berasal dari Italia. Ciri-ciri soneta adalah sebagai berikut.

  • Terdiri atas 14 baris;
  • Seluruh baris terbagi menjadi 4 bait yang terdiri atas 2 kuatren dan 2 terzina;
  • Dua kuatren (yang menjadi oktaf) disebut dengan sampiran;
  • Dua terzina (yang menjadi sekstet) disebut dengan isi;
  • Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam;
  • Bagian isi biasanya berupa jawaban atau simpulan dari simpulan;
  • Peralihan dari oktaf ke sekstet disebut dengan volta;
  • Baris soneta masih dapat ditambahkan dengan disebut koda;
  • Jumlah suku kata dalam setiap baris antara 9 hingga 14 suku kata;
  • Rima soneta biasanya adalah a-b-b-a, a-b-b-a, c-d-c, d-c-d.

Contoh:

Gembala

Perasaaan siapa tak ‘kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala
Beginilah nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai
Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau

(Muhammad Yamin)

      Selain itu, puisi baru juga dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan isinya. Pembagian tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Balada, yaitu puisi yang berisi tentang kisah yang mengharukan;
2. Himne, yaitu puisi yang berisi tentang pujaan terhadap Tuhan dan sebagainya;
3. Ode, yaitu puisi yang berisi tentang pujian seseorang atau sesuatu yang dimuliakan;
4. Epigram, yaitu puisi yang berisi mengandung pelajaran melalui suatu peristiwa atau sindiran;
5. Elegi, yaitu puisi yang berisi ratapan atau ungkapan duka cita;
6. Satire, yaitu puisi yang berisi sindiran atau ejekan terhadap seseorang atau sesuatu.

Poin Penting

1. Puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang tersusun dari bahasa yang indah dan padat makna;
2. Puisi baru adalah puisi yang tidak terikat secara ketat terhadap aturan namun masih memperhatikan kaidah-kaidah estetika puisi, seperti rima serta jumlah baris dan bait;
3. Jenis-jenis puisi baru berdasarkan bentuknya antara lain distikon, terzina, kuatren, kuin, sekstet, septima, oktaf (stanza), dan soneta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *