Adaptasi Morfologi, Fisiologi dan Adaptasi Tingkah Laku – Topik yang akan kalian pelajari kali ini berkaitan dengan salah satu adaptasi atau penyesuaian diri yaitu Adaptasi Morfologi. Apakah adaptasi morfologi itu? Bagaimanakah hewan dan tumbuhan dalam beradaptasi secara morfologi? Untuk mempermudah pemahaman kalian, perhatikan sebuah analogi berikut.

Apakah kalian mengetahui tentang Table Manner? Table Manner adalah etika dan kesopanan dalam jamuan makan. Dalam Table Manner banyak menggunakan alat makan seperti sendok, garpu, dan pisau. Bentuknya disesuaikan dengan makanan yang dihidangkan. Sendok yang ujungnya berbentuk bulat melengkung di tengah digunakan untuk mengambil makanan yang berkuah, garpu yang berbentuk bulat tetapi berlekuk dalam dan lancip untuk mengambil makanan padat dengan menusuknya, sedangkan pisau yang berbentuk panjang, pipih, dan satu sisi tajam digunakan untuk memotong makanan padat misal daging. Bentuk dari alat-alat tersebut mendukung peranan alat untuk melaksanakan aktivitas dalam menyantap makanan.
Adaptasi Morfologi
Penyesuaian bentuk alat dalam penggunaannya pada makanan tertentu tidak hanya pada aktivitas makan saja, ternyata hewan dan tumbuhan juga memiliki penyesuaian bentuk dalam melakukan aktivitasnya. Nah bagaimanakah penyesuaian bentuk pada hewan maupun tumbuhan? Mari kita simak penjelasannya berikut.
Penyesuaian atau perubahan bentuk tubuh bagian luar atau dalam hewan maupun tumbuhan merupakan bentuk dari adaptasi morfologi terhadap keadaan lingkungan seperti jenis tempat tinggal, jenis makanan, maupun cara bergerak. Adaptasi tersebut dapat dengan mudah diamati karena perubahan bentuknya tampak dari luar.
Semua tempat di bumi memiliki kekhasan tersendiri seperti gurun pasir yang panas dan sedikit air atau di kutub yang memiliki suhu dingin yang ekstrim. Hewan atau tumbuhan yang bisa bertahan hidup di kondisi tersebut memiliki bentuk dan karakteristik yang sesuai dengan lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi morfologi hewan dapat berupa penyesuaian penutup tubuh, bentuk paruh, ukuran dan bentuk gigi, serta kaki. Hewan yang hidup di tempat yang iklim lingkungannya dingin memiliki penutup tubuh berupa bulu yang lebat seperti pada beruang kutub.

Gambar di atas menunjukkan beberapa adaptasi morfologi berupa penyesuaian bentuk paruh pada burung yang digunakan sesuai dengan makanannya. Burung kolibri bentuk paruhnya runcing lengkung memanjang tetapi berukuran kecil sehingga dapat menghisap madu pada bunga dengan mudah. Burung elang memiliki paruh yang kuat dan besar dengan bentuk rahang atas melengkung dan ujungnya runcing sesuai dengan fungsinya yaitu mengoyak mangsanya. Bentuk paruh burung pelikan pipih, panjang dan rahang bawah berukuran besar digunakan untuk membawa ikan. Sementara paruh bebek bentuknya pipih, lebar, dan ujungnya tumpul yang digunakan menjaring makanan di air.
Begitu pula bentuk mulut serangga sesuai dengan cara mencari makanannya. Serangga yang mulutnya digunakan untuk menghisap bentuknya seperti belalai yang menggulung dan dapat dijulurkan. Contohnya pada kupu-kupu. Selain itu, bentuk mulut yang digunakan untuk menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, bentuknya memanjang dan tajam sehingga mampu menembus jaringan kulit dan menghisap darah
Bentuk dan ukuran gigi pada hewan yang juga sesuai dengan makanannya. Gigi hewan karnivora berukuran besar, runcing dan tajam digunakan untuk mengoyak daging mangsanya. Sementara hewan herbivora memiliki bentuk gigi yang bulat, besar, dan rata yang digunakan untuk menghaluskan makanan berupa rumput dan dedaunan.
Kaki hewan sebagai alat gerak sesuai dengan tempat hidupnya. Bentuk kaki yang mempunyai selaput seperti pada itik memudahkannya berenang dan berjalan di tanah berlumpur. Kaki burung pelatuk juga sesuai dengan tempat hidupnya yang berada di batang pohon. Setiap kaki burung pelatuk memiliki empat jari kaki dengan dua jari kaki menghadap ke depan dan dua lainnya ke belakang sehingga mudah untuk burung pelatuk mencengkeram kulit batang pohon. Selain hewan, tumbuhan juga memiliki penyesuaian bentuk tubuh terhadap kondisi lingkungannya.
Adaptasi morfologi pada tumbuhan, misalnya tumbuhan yang hidup di lingkungan rawa pantai. Tumbuhan bakau yang hidup di rawa pantai memiliki buah atau biji yang telah berakar sehingga saat jatuh ke lumpur, biji tersebut dapat terus hidup dan tumbuh. Selain itu terdapat tumbuhan yang hidup di air seperti teratai dan eceng gondok dan tempat lembab seperti tumbuhan paku, adaptasi morfologinya berupa daun yang lebar, tipis, dan banyak stomata untuk mempercepat penguapan. Batang teratai dan eceng gondok berongga sehingga mudah mengapung. Adapun pada lingkungan yang kering dan panas, tumbuhan yang dapat beradaptasi morfologi adalah kaktus. Kaktus memiliki akar yang panjang dan menyebar sehingga dapat menyerap air dalam daerah yang lebih luas. Batangnya tebal menyimpan air, sedangkan daunnya berbentuk duri dan seluruh tubuhnya dilapisi lilin untuk mengurangi penguapan.
Adaptasi Fisiologi
Kalian telah mempelajari topik sebelumnya, yaitu tentang adaptasi morfologi berupa penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup terhadap lingkungannya, baik pada hewan maupun tumbuhan. Pada kesempatan kali ini, kalian akan mempelajari tentang adaptasi fisiologi. Apakah adaptasi fisiologi itu? Bagaimanakah adaptasi fisiologi pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia?, Jangan bingung dulu…. Untuk memahaminya, perhatikan sebuah analoginya berikut ini.
Apakah kalian tahu tentang diesel air? Diesel air adalah alat pompa air yang biasa dipakai oleh para petani dalam mengambil air dari dalam tanah yang dalam untuk mengaliri sawah yang berada di permukaan tanah. Dalam memompa air, mesin diesel akan sangat panas dan diesel mengeluarkan air yang hangat untuk mendinginkan mesin. Hal tersebut merupakan penyesuaian kerja mesin diesel supaya tidak cepat rusak.
Penyesuaian kerja mesin dalam mengeluarkan air hangat supaya tidak rusak tidak hanya pada diesel saja, ternyata makhluk hidup seperti hewan, tumbuhan, bahkan manusia juga mengalami penyesuaian kerja atau fungsi dari alat-alat tubuhnya. Bagaimanakah penyesuaian kerja alat tubuh pada tumbuhan, hewan, dan manusia? Untuk lebih jelasnya, mari kita simak ulasannya berikut.
Adaptasi fisiologi atau penyesuaian fungsi tubuh makhluk hidup terhadap lingkungannya tidak mudah diamati karena berkaitan dengan kerja dari alat-alat atau organ serta proses kimia yang terdapat di dalam tubuh. Adaptasi fisiologi dapat dilakukan oleh semua makhluk hidup baik tumbuhan, hewan, maupun manusia.
Sebagai contoh adaptasi fisiologi pada tumbuhan berbunga. Bunga dari tumbuhan tersebut menghasilkan madu dan mengeluarkan bau yang khas sehingga serangga tertarik dan membantu dalam penyerbukan. Selain itu terdapat tumbuhan seperti rumput teki dan ilalang yang akarnya menghasilkan metabolit sekunder berupa senyawa kimia atau alelopati yang menghambat tumbuhan lain. Zat kimia dalam tumbuhan juga berguna untuk perlindungan dari hewan herbivora sehingga hewan tersebut tidak mengonsumsi daunnya seperti pada daun pohon mahoni dan akasia.
Adaptasi fisiologi pada hewan sesuai dengan makanannya. Sapi merupakan hewan pemakan tumbuhan atau herbivora yang penyesuaiannya menggunakan usus yang lebih panjang daripada hewan pemakan daging atau karnivora. Selain itu, herbivora memiliki enzim khusus (selulase) untuk mencerna tumbuhan yang memiliki dinding sel yang keras karena mengandung selulosa yang tinggi, sedangkan karnivora yang mengonsumsi daging tidak memiliki enzim selulosa.
Ikan atau hewan laut lainnya memiliki adaptasi fisiologi yang dilakukan berdasarkan tempat hidupnya. Air laut yang mengandung kadar garam yang tinggi mengakibatkan hewan yang hidup di dalamnya banyak mengeluarkan air sehingga ikan harus mengonsumsi air dalam jumlah banyak. Pengonsumsian air laut yang banyak mengakibatkan kadar garam dalam tubuh ikan meningkat (darah pekat). Untuk menyeimbangkannya, ikan laut mengeluarkan urine sedikit dan lebih pekat. Sebaliknya, ikan yang hidup di air tawar yang berkadar garam rendah, banyak membutuhkan garam sehingga urine yang dikeluarkannya lebih banyak dan encer.
Selain itu, hewan seperti anjing laut dapat bertahan hidup di derah beriklim dingin seperti daerah kutub karena hewan tersebut memiliki adaptasi fisiologi berupa lapisan lemak yang tebal sehingga tubuhnya tetap hangat. Pada kelompok amfibia yang hidupnya di air saat menjadi larva dan di darat saat dewasa, organ tubuh khususnya organ pernapasan menyesuaikan dengan tempat hidupnya. Pada saat larva, organ pernapasannya berupa insang. Saat dewasa, organ pernapasannya berupa paru-paru dan kulit.
Selain pada tumbuhan dan hewan, manusia juga melakukan adaptasi fisiologi untuk bertahan hidup di lingkungannya. Manusia yang hidup di pegunungan yang berkadar oksigen rendah, sel darah merahnya lebih banyak sehingga hemoglobinnya tinggi untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh. Mata manusia dalam fungsi penglihatannya juga menyesuaikan dengan intensitas cahaya yang diterima. Jika cahaya sedikit atau gelap maka pupil mata akan membuka lebar, sebaliknya saat cahaya terang, pupil mata akan menyempit. Hal tersebut untuk menyesuaikan cahaya yang diperlukan. Adaptasi fisiologi lain yang dilakuan oleh manusia adalah ketika udara panas dan tubuh banyak melakukan aktivitas mengakibatkan suhu tubuh manusia meningkat, maka manusia mengeluarkan banyak keringat untuk menurunkan suhu tubuhnya agar kembali normal.
Adaptasi Tingkah Laku
Topik tentang penyesuaian fungsi alat tubuh atau adaptasi fisiologi seperti bunga yang menghasilkan madu dan bau untuk menarik serangga guna membantu dalam penyerbukan telah kalian pelajari sebelumnya. Pada topik kali ini, kalian akan mempelajari tentang adaptasi tingkah laku. Apakah adaptasi tingkah laku itu? Bagaimanakah adaptasi tingkah laku pada hewan, tumbuhan, ataupun pada manusia?
Penyesuaian diri suatu organisme dalam bentuk suatu tindakan atau perilaku terhadap lingkungannya merupakan suatu adaptasi tingkah laku makhluk hidup untuk bertahan. Adaptasi ini dapat dilakukan oleh semua makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan, maupun manusia. Adaptasi ini dapat dilihat dengan mengamati tingkah laku suatu organisme. Untuk melihat adaptasi pada hewan dan tumbuhan, mari kita pahami penjelasannya berikut.
Adaptasi Tingkah Laku pada Hewan
Perhatikan gambar bunglon berikut.
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa bunglon dapat merubah warna kulitnya sama seperti daun yang merupakan lingkungannya. Ini adalah salah satu bentuk adaptasi tingkah laku. Penyesuaian terhadap warna lingkungan tersebut adalah upaya bunglon untuk mengelabui predatornya dalam menemukan keberadaan bunglon sehingga terhindar dari pemangsaan. Perubahan warna kulit bunglon tersebut merupakan teknik manipulasi warna kulit yang disebut dengan mimikri. Pertahanan diri dari predator tersebut berbeda dengan yang dilakukan oleh cecak. Cecak jika merasa terancam oleh predator akan melakukan tindakan pemotongan ekornya sendiri (autotomi). Ekor tersebut akan menarik perhatian dari predator sehingga cecak bisa kabur.
Hewan yang hidup di perairan khususnya laut juga memiliki penyesuaian perilaku dirinya terhadap lingkungan tempat hidupnya. Salah satunya adalah cumi-cumi yang adaptasi tingkah lakunya berupa pengeluaran tinta hitam saat merasa terganggu atau terancam bahaya. Hal ini berguna untuk menghindar dari predatornya. Cumi-cumi juga dapat menyamarkan keberadaannya dengan menyatukan warna kulit dengan lingkungannya seperti lingkungan berpasir untuk memudahkan dalam mamangsa ikan-ikan kecil. Salah satu hewan laut lainnya yaitu ikan salem raja yang melakukan adaptasi tingkah laku dengan migrasi atau perpindahan tempat. Migrasi tersebut dilakukan untuk mencari tempat yang kondisinya mendukung ikan untuk bertelur. Setelah menetas dan lebih besar, ikan salem raja akan bergerak kembali ke laut.
Hewan laut lain yang memiliki adaptasi perilaku adalah paus dan lumba-lumba yang merupakan hewan mamalia dan bernapas dengan paru-paru. Kedua hewan tersebut untuk mengambil oksigen yang dibutuhkan dengan cara muncul di permukaan air laut secara berkala untuk menghirup udara dan menyemprotkan air yang terdapat dalam tubuhnya. Hewan mamalia lain seperti kerbau akan berkubang di air lumpur untuk mendinginkan tubuhnya saat udara panas.
Ada pula adaptasi tingkah laku dari hewan yang dilakukan dengan cara tidur atau menonaktifkan dirinya yang disebut dorman. Penonaktifan atau dorman tersebut merupakan perilaku hewan dalam menghadapi lingkungan yang keras, baik pada musim dingin (hibernasi) maupun pada musim kemarau yang kering dan panas (estivasi). Penonaktifan tubuh hewan tersebut berguna untuk menghemat kebutuhan energi karena aktivitas tubuh menjadi lambat sehingga kebutuhan energi menurun. Dengan begitu hewan dapat bertahan hidup walaupun dalam keadaan yang sulit.
Adaptasi Tingkah Laku pada Tumbuhan
Selain hewan, estivasi juga dilakukan oleh tumbuhan yaitu pohon jati, pohon randu, dan tanaman jahe-jahean. Pohon jati dan pohon randu saat kemarau akan melakukan penonaktifan atau dormansi dengan cara menggugurkan daunnya (meranggas). Pengguguran daun berguna untuk mengurangi konsumsi air dan mengurangi penguapan. Adapun pada tanaman jahe-jahean saat keadaan kering, bagian tumbuhan yang ada di permukaan tanah akan mati dan kering, tetapi saat keadaan normal dengan air yang cukup, tanaman akan kembali tumbuh.
Bagaimana dengan adaptasi tingkah laku pada tumbuhan putri malu? Adaptasi tersebut berupa mengatupnya daun putri malu akibat sentuhan. Mengatupnya daun putri malu akan menampakkan daun yang layu, tampak mati dan tidak enak dimakan, sehingga mengelabui dan menghindari hewan herbivora yang akan memakannya.